Rabu, 28 September 2011

Menyesal VS kesenangan


Menyesal adalah ketika kamu tahu sesuatu yang buruk akan terjadi dan kamu tidak bisa melakukan papaun untuk menghentikanya.

Well, aku tidak pernah mengharapkan ini terjadi.Aku juga tidak pernah memimpikan hal ini, bahkan dalam mimpi terburukku sekalipun. Aturan-aturan ini telah menggerogoti kebahagiaanku sedikit demi sedikit, dan kini keputusan final itu benar-benar memakan habis sisa-sisa kebahagiaan.

Sebelumnya aku tidak peduli pada hal itu. That’s easy, kita semua akan selamat. Itu tidak akan menimpa teman-temanku. Dan aku tentunya. Itu memang mimpi buruk, mimpi terburuk yang pernah ada. Aku bahkan tidak tahu siapa yang menciptakan sistem itu dan mengapa ia membuatnya.

Silence


Kakakku itu sangat pendiam. Aku lupa sejak kapan ia menjadi sependiam itu, aku tidak ingat. Dari semua teman-temanku, aku paling tidak bisa menebak apa yang ada di pikirannya.

***********

Hari itu hari kepulanganku dari ranah rantauku. Sepeti biasa aku lebih memilih naik kereta ekonomi bersama teman-teman se SMA ku dulu. Selain lebih murah, suasana kebersamaan yang kami dapat lebih kental dibanding menaiki angkutan umum yang lain. Selama 10 jam di dalam kereta kami mencoba memejamkan mata diantara bisingnya suasana kereta ekonomi.

“Pocari... Pocari... Aqua dingin, Aqua dingin, Mijon... Mijon... larutan-larutan...”
“Lontong tahu serebuan... Lontong tahunya, Mas..”
“Pop mie, Pop mie... Kopi panas, susu...”

Baru sejenak aku memejamkan mata, terdengar lagi suara-suara itu. Belum lagi penjual-penjual iseng yang mengatakan bahwa waktu sahur sudah dekat.

“Nasi ramesnya.. Nasi Ramesnya.. Persiapan sahur persiapan sahur!!!”

Padahal