Senin, 19 November 2012

Terbalik

Pernahkah kamu merasa begitu rapuh, di saat seharusnya kamu menjadi pihak yang hadir untuk menenangan? Seharusnya kamu menghibur tapi malah kamu yang dihibur? Yeah, right now, i feel that.

Malah menye-menye kayak orang habis liat telenovela. Sedang orang yang harusnya dihibur malah menenangkan: "Kamu tenang aja lah...", "Nggak usah sedih, kamu nggak cocok sedih."

Lumayan lho aku kalau sedih, jadi nggak terlalu pecicilan. Setidaknya dunia ini terasa lebih tenang.

Sabtu, 17 November 2012

Just a dream

Do you ever hope that something just a dream, a bad one. And then, when you open your eyes, everything just fine. Someone mean to you is okay. Her/his legs fine, he/she can go to the college, he/she can live life normally like another teenage: go to the movie, karaoke, doing sport, enjoying night view, go here and there.

I am just wondering that.

Selasa, 13 November 2012

Dramatisasi

Pernahkah kalian merasa bersalah atas musibah yang menimpa orang lain, padahal tidak terlibat langsung? Pernahkan kalian merasa--semacam--bertanggung jawab atas berubahnya garis takdir seseorang?

Akhir-akhir ini seolah suratan takdir sedang bertingkah jenaka, mengubah garis hidupku agar berkelok lebih dramatis. Mungkin aku yang terlalu mendramatisasi. Ah tapi, ketika aku menceritakan kisah ini pun, beberapa kawan semacam berteriak tertahan. Namun beberapa tetap tenang dan berpikir logis: itu sudah suratan takdir, bukan salahmu. Toh, kamu juga tidak tahu bagaimana tepatnya kejadian itu berlangsung.

Senin, 05 November 2012

Nafas

Maaf. 
Sudah dua bulan ini aku mengabaikanmu. Bahkan sejenak memberi nafas pun enggan. Hanya sesekali menjenguk halaman rumahmu. Sepi, tentu saja. Hanya satu dua yang mampir berkunjung. Namamu, mungkin mulai membersar berdengung di antara para pesaingmu. Namun, nama dunia yang kau geluti jutaan kali lebih besar dibanding tingkatan yang saat ini kau peroleh.

Maaf jika tangga gemilang yang dulu nyaris kau capai, kelak harus kau ulangi lagi dari awal. Maaf. Maaf. Padahal, namamulah yang membesarkan dan memberiku penghidupan.

Kamis, 01 November 2012

Probabilitas

Probabilitas nisbi,
satu di antara tiga puluh sembilan
satu per tiga puluh sembilan di antara tiga puluh epat.
Kamu!
Eventhough I really want to,
the probably to meet is to small.





Kisahku berbeda dengan kisahmu, kawan. Mungkin saja pada kisahmu ada banyak peluang beterbaran di udara. Di rumah yang kau singgahi, di jalanan yang biasa kau lewati, atau di ruangan tempatmu biasa bermusik.

Ketika kau melintasi jalan itu dan ingin menengok sesaat ke arah gitar dambaanmu itu, terkadang, kau menemukannya sedang gamang memandangmu. Terkadang pula, tanpa disangka ia memainkan musiknya hingga nada-nada melankolis itu mempir sejenak menyegarkan sanubarimu. Terkadang ia memang sengaja menunggumu di penghujung partirtur itu, menukar waktunya dengan probabilitas menemukan senyummu.

Aku?

Rabu, 31 Oktober 2012

Berlalu Begitu Saja

Karena ketika ia memutuskan untuk pergi,
maka tak ada kekuatan apapun yang mampu menahannya.

Ketika ia memutuskan untuk berlalu,
tidak ada satupun keindahan yang mampu menariknya kembali.

Ketika ia memutuskan untuk melebur,
tidak ada satupun struktur baja yang mampu memperlambat sublimasinya.

Ketika ia telah menghilang,
tidak ada satupun sihir yang sanggup memunculkannya kembali dari ketiadaan.

Waktu.


Entah mengapa akhir-akhir ini ujian itu terasa lebih sukar untuk dilalui. Seolah jalanan yang tadinya tampak lurus, mulus, dan lapang, tiba-tiba saja menjadi terjal dan penuh liku. Ada saja kealpaan yang tanpa sengaja kulakukan, kesalahan remeh namun akibatnya naas: suatu indikator keberhasilan yang jatuh bebas.

Rabu, 17 Oktober 2012

Terbentur dan Pet!

Sekarang tiba-tiba saya kalut. Entah apakah ini karena faktor internal  yakni siklus hormon dalam tubuh, ataukah faktor eksternal yang jumlahnya berjibun. Rasanya seperti...Pet! Tiba-tiba seluruh ide dalam kepala saya hilang seolah dimatikan dengan paksa. Jangan tanya sebabnya, saya pun masih dalam masa menduga-duga, apakah faktor internal atau eksternal.

*Sepertinya blog ini memanghanya berisi kekalutan semata. Baiklah, setidaknya masih dalam batasan berfaedah.*

Saya akui, akhir-akhir ini saya jarang membaca buku. Ada kesenangan baru soalnya,

Senin, 08 Oktober 2012

Kau dan Pintu Rumahmu


Waktu itu,
tanpa sengaja aku melintasi halaman rumahmu. Tak pernah kusangka sebelumnya, rumahmu secantik itu. Ada warna-warna yang membuatku seketika tersenyum begitu retinaku menangkap metafora itu. Ada ornamen-ornamen yang membuatku seketika terpaku begitu kuperhatikan detilnya. Dan ada kehangatan yang memancar, yang membuat pipiku merona begitu melintas. Rumahmu, sungguh, aku ingin memasukinya.

Tapi, waktu itu,
kau berdiri di sana, diantara aku dan rumahmu. Malu-malu mengintip dari balik pintu. Kau tahu aku berdiri di depanmu, antara gamang dan terpesona, menyimpan keingintahuan yang membuncah, akan dirimu, rumahmu. Namun kau tetap berdiri di sana, diam, enggan membukakan pintumu untukku. Dan sampai kapanpun tampaknya, pancaran niatku pun belum mampu meluluhkan hatimu untuk membukakan pintu itu. seketika aku tahu. Dulu, pernah ada seseorang yang pernah menjarah rumahmu dan memporak porandakannya hingga menyisakan retakan yang menganga. Hingga kini kelam masih menguasai hatimu, melahirkan perasaan posesif berlebih. Itukah, itukah alasan mengapa engkau enggan membukakan pintu rumahmu?

Lalu,

Minggu, 30 September 2012

30 September

Teruntuk 30 September yang menyisakan warna-warni berbeda pada memori setiap orang. Ada duka akan pembantaian ormas, ada kesedihan karena kehilangan keceriaan, dan mungkin pula kegelisahan karena kehilangan sebuah momen yang berharga. Pantaslah jika banyak orang yang memilih tidur dan meminta dibangunkan di akhir september.
Wake me up, when September ends..
Entah karena terlalu indahnya hingga menyamai mimpi, ataukah terlalu melodramatis hingga enggan untuk menyaksikan. Drama tragedi memang indah untuk saksikan. Tapi menjadi tokoh di dalamnya? Siapa yangtahu, siapa yang mau?
Semua orang memiliki pencitraan masing-masing pada 30 September, pun aku.
30 September adalah hari yang menyimpan kenangan indah. Terlau indahnya hingga kini, jika teringat maka hanya akan menyisakan duka lara. Terlalu indahnya, hingga hanya menyisakan kebencian karena ketidakmampuanku meyimpan dan mengulang masa. Karena kenangan hanyalah sebatas kenangan.
Mengapa Engkau harus berakhir dengan angka 30, wahai september? Tidakkah kau ingin menemani Februari yang selama ini sendiri menjadi anomali?

Minggu, 23 September 2012

Kau dan Rembulan


Pernahkah kamu merasa, tiba-tiba tertarik masuk ke dalam sebuh kisah dan seolah dipaksa menjadi tokoh utama?  Kamu senang bukan main, seolah mendapat sebuah kepercayaan yang mulia tiada tara. Namun semakin kamu menjalaninya, semakin kamu tersadar: kamu bukanlah tokoh utama dalam kisah itu.

Aku hanyalah pameo. Kau? entah apa. 

Jumat, 21 September 2012

Mawar

Pernahkah kamu memperhatikan irama kehidupan di sekitarmu? pernahkah kau menghitung berapa frekuensi gabungan dari tarian hujan? Pernahkah kamu menghitung amplitudo gerakan dedaunan? pernahkah kamu memperhatikan kapan bunga-bunga di taman akan mekar? berapa kali? Akan jadi seperti apa?

Kali ini pandanganku terpaku pada sebuah mawar merah yang tumbuh di halaman rumahku. Ia menguncup dan perlahan mulai mekar. Padahal beberapa saat lalu, kulihat daun dan batangnya kering kerontang entah terkena apa.

"Hei, bukanlah ini belum saatnya bagimu untuk mekar?" tanyaku.

Kamis, 20 September 2012

Tempat Baru

Tahun ini, untuk yang kedua kalinya lagi-lagi aku harus berpindah, menyesuaikan diri di tempat yang asing. Bukan apa-apa, bukan berarti juga aku tidak menikmati berada di tempat yang lama itu.

Hidup memang selalu seperti itu, ada perubahan yang mau tak mau, kita dipaksa untuk mengikuti perubahan itu jika tak mau tergilas. Beberapa orang merasa lebih nyaman dan tenang ketika berada pada zona mereka, bahkan beberapa dari mereka menolak perubahan hingga terkesan seolah-olah terjebak masa lalu. Bukan hanya beberapa, namun banyak.

Aku termasuk salah satunya. Memang, tantangan terlihat menggoda dan sangat menyenangkan. Namun ada kalanya ketika aku memasuki fase dimana aku ingin menetap, berdiam, dan dapat duduk dengan nyaman.

tempat baru ini, kuperoleh dengan perjuangan. Lebih nyaman, tentu saja. Namun ada pengorbanan yang harus dibayar.

Tetesan Bintang : Sebuah Salam


Selamat malam bintang.

Apa kabar? Tampaknya kau semakin bersinar terang, bergumul bersama bintang lain, membentuk gugusan indah di samping Andromeda. Lama tak bersua, pun aku bercerita padamu.

Malam ini aku hanya menyampaikan sebuah salam, dari kekasihmu, Tetes.

Bintang, kau tahu? Tampaknya kekasih lamamu telah berada pada fase dimana ia perlahan-lahan dapat melepas ketiadaanmu di sisinya. Kini ia sedang mengudara, tinggi, hingga ke angkasa sana, mencapai awan. Di sana ia bersemayam dan bersiap dalam ritual pengorbanan dirinya untuk kehijauan planetnya.

Iya, melayang, seperti yang selalu diimpikannya selama ini. Namun setinggi apapun ia melayang, tak akan sanggup melampaui ataupun menggapai dirimu, Bintang. Sekuat apapun ia mentransformasikan partikel dirinya menjadi gumpalan H2O, tubuhnya tidak akan sanggup menerpa panas atmosfer ketiadaan yang menjadi pembatas kalian.

Ia mulai mengikhlaskanmu, Bintang. Seperti

Sabtu, 14 Juli 2012

terkekang


untuk pertama kalinya aku merasa terkekang, semacam ada sedikit kebebasan yang direnggut. biasanya aku selalu bebas, menclok kesana, menclok kemari.

tapi kali ini kebebasan itu harus terhalang sebuah tembok bernama kekakuan.

Aku tidak pernah menyalahkan ia yang tidak mudah memaafkan orang lain. Aku juga tidak menyalahkan dirinya yang begitu keras kepala dan egois.

Dari awal,

Rabu, 11 Juli 2012

Adam dan Hawa


Aku menemukan deretan kalimat ini di tumblrnya Kuntawiaji.

Entah dapat berfungsi sebagai penenang jiwaku yang selalu kalut, atau tidak, hanya saja aku merasa ini sangat indah :)

Sabtu, 23 Juni 2012

Kutub


Aku tahu kita beruda berada di kutub yang berbeda. Semakin kemilau auraku, semakin kau meredup Semakin kau bersinar, semakin aku tak terlihat. Kadang memandangmu terasa seperti melihat sosokku dalam wujud berbeda

Aku tahu kau memilih berada di kutub yang berbeda denganku. Saat kicauanku berajak semakin merdu, suaramu malah menyerak menghilang, hingga desahmu un terkalahkan oleh hembusan angin. Semakin kau terlena pada kutubmu, semakin aku merasa kehilangan Semakin aku tertarik pada kutubku, semakin aku terlepas dari gravitasi. Diantara kita, kutub kita, memang berbeda.

Manusia Paling Nggak Kreatif


Kalau ada gelar untuk manusia paling nggak kreatif dalam membuat percakapan, aku pasti akan memberikan award itu untuk temanku yang satu itu. Tak ada kata lain dalam percakapannya, tak ada objek lain dalam perdebatannya dengan alam, tak ada nada lain yang dapat diseandungkannya, tak ada paduan lain dalam pesannya. Hanya ada itu dan itu. 

Bosen tauk!

Selasa, 19 Juni 2012

Asing

Kupandangi foto-foto dalam dokumen itu, dokumen yang seingatku sangat berharga. Dokumen yang seingatku, dulu sering sekali kubuka berulang kali. Namun tiba-tiba aku merasa asing. Pada diriku sendiri dan pada sosok di sampingku.

Siapakah engkau yang bersanding di sampingku? rasanya aku mengenal senyum jenaka itu. Walau agak tertahan, namun tetap terasa hangat 

Sepertinya aku pernah mengenalmu.
tapi..
Kini kau bukan lagi orang yang sama.
Ataukah aku yang bukan-lagi-orang-yang-sama.

I used to know you...

Siang, di atas tempat tidur, di samping jendela dengan pemandangan langit biru dan pepohonan  melambai tertiup angin
"bagaimana rasanya menjadi seorang yang tervonis alzheimer"


Minggu, 17 Juni 2012

Mungkin


by lp dragonfly on deviant art
Partikel debu mengudara dengan riang. Menari dan siap memasuki rongga hidungmu, berbenturan satu sama lain, dan berebutan siapa yang terlebih dahulu mencapai ujung diafraghma. Namun kau, seperti juga aku, tidak akan membiarkan mereka masuk begitu saja. Segera antibodimu merespon dengan bersin sekeras kakek-kakek. Sedang aku, entah karena responku terlalu bagus atau terlalu jelek, tidak bersin-bersin, tidak juga muntah-muntah. Cuma seketika menahan nafas.

“Kau tahu, waktu di ruangan ini seolah membeku,” katamu.

 “Lihat jam itu. Tetap berderak walaupun tak lagi berdetak. Jam empat, mungkin ruangan ini dikutuk oleh pemiliknya tepat pada pukul empat, ketika ia akan pergi meninggalkalkan rungan ini. Mungkin, antara rela dan tak rela. Ia telah menghuni dan menjaga rumah kecil ini selama ia di sini. Setiap kita memasuki ruangan ini, kita selalu kembali ke pukul empat masa itu. Ketika ia meninggalkan tempat ini. Lihatlah keluar, melalui jendela di ujung sana”

“mendung?” kataku terheran-heran.

“Kau lihat sendiri kan, langit luar yang mendung? Padahal sebelum kita masuk, udara sangat panas bak berada di panggangan. Langit pun tak sedang dalam kondisi berduka. Ia  biru, bersih, dan terang.

“Ia mengabadikan momen ini. Dimana kepedihan,

Rabu, 13 Juni 2012

Bukan Kamu




Kali ini,
Jalinan kisah yang sama
Momen senja yang sama
Jalan berilalang yang sama
Namun terasa berbeda
Ah, sepertinya memang bukan kamu

Bukan, jika secepat itu


Rabu, 13 Juni 2012
Ketika ilalang perlahan menghilang

Jumat, 08 Juni 2012

Kabut


Perahkah kau merasakan?
Hidup, menyerap kehidupan
Berada, bercengkrama
Mencari diri, mencari kawan
Di sebuah tempat indah dengan aroma religi mengudara disetiap penjuru,
yang sebentar lagi punah
Di sebuah wadah dengan hingar bingar pesta budaya,
yang sebentar lagi tak eksis
Hanya karena atmosfer politik
Hanya karena pernyataan sepihak anggota legislasi
Pernahkah?

Aku iya. Namun khawatir sebatas khawatir. Sebesar apapun rasa khawatir ini, tak akan sanggup membekukan suhu politik, atau melelehkan kicuan media yang kerap mencerca. 

Hangat


Hangat.
Melelehkan butir es yang selama ini bersemayam dalam hatiku.
Memunculkan semburat merah, 
yang dulu pernah ada.
Inikah rasanya?
Kini aku tahu

Mengabaikan jarak, ruang, dan waktu
Sapamu itu, tersampaikan padaku
Kehangatan itu,
kini aku tahu

Kau bilang permen kapas manis, eh?

Jumat, 8 Juni 2012
Ketika menjenguk seorang teman di Rumah Sakit

Rabu, 06 Juni 2012

Bola Bergulir


Wajar, kalau ada orang yang kecewa atau nggak suka sama kita. Wajar kalau ada yang salah mengartikan niat baik kita. Nabi Muhammad saja, yang akhlaknya paling mulia, malah menerima banyak cercaan dari orang-orang yang tidak menyukainya. Kita? Cuma manusia biasa.

Selasa, 05 Juni 2012

Sahur

malam itu aku pulang agak larut alam ketika tiba-tiba terkejut saat masuk ke ruang keluarga dan melihat dua tubuh bergelimpangan.

Aku : kenapa kalian tidur di sini?
Ayik: biar bisa bangun besok buat sahur, Tiya :)
Aku : ooohh. bangunin aku juga ya :)

dan keesokan harinya Ayik membangunkanku.
Aku : *kucek-kucek mata* *tidur lagi*

beberapa menit kemudian...
aku : *berjalan ke ruang keluarga dan terkejut melihat tidak ada seorangpun yang sedang makan, atau paling enggak masak buat sahur* lhoh, ngga jadi saur?
ayik : air di galon habis... aku nggak jadi puasa aja deh
aku : *shock* *pingsan* *kayang*
aku:  ayo kita cari air buat masak, pasti ada :D



dan sahur itu terlalui dengan khidmat setelah aku mengais-ngais air.

Senin, 04 Juni 2012

Teman Duduk


Air dan garam mungkin terkadang beradu jotos, berebut siapa yang menempati permukaan. Air dan minyak barangkali terikat sumpah untuk saling tak bersentuhan. Walau sebenarnya, jauh di lubuk hati mereka menyimpan rasa saling menyayangi. Ingin selalu bersua, namuan tak kuasa karena permainan takdir.

Aku dan ia mungkin tak pernah duduk sebangku. Namun kau tak tahu bukan? Aku dan ia kerap kali mendengarkan nyanyian malam berdua. Menikmati terpaan purnama bersama sambil menyenyam sekotak es krim. Atau terkadang berlarian, kejar mengejar dan menari di bawah rintik gerimis. Aku dan dia mungkin sering duduk bersama. Namun tahukah engkau? Aku tak pernah ada di malam-malam ketika ia tertawa diantara kemilau lampu.

Aku ada di duniaku, 
dan dia di dunianya.

Persahabatan tidak sesederhana melihat teman duduk, kawan. Kau tak bisa melihat ikatan diantara kita, hanya dengan melihat kursi itu. Ia kosong tanpa kita, dan kita tak pernah dapat tergambarkan olehnya.

Siapa ia, 
siapa aku,
siapa dia,
siapa mereka,
itu bukan apa-apa.

Kau dan aku pun, selalu terpisah. Hanya kita dan Tuhan yang tahu, temali jenis apa yang mengikat kita

pembicaraan sore tadi di Student Center,
ketika tiba-tiba aku menjadi sangat defensif
Tapi tanang kawan, kita pasti bisa :)



Biarkan Ia

Kalaupun itu memang ada
Biarlah ia berjuang sendiri
mencari tetes air dan pancaran cahaya
Tuk dapat menyari kehidupan dan menyesak muncul

Kalau itu memang ada,
biarlah ia menyubur membaur
seiring irama waktu

Tak ada usik, ataupun karbit
Jangan kau ciptakan momentum semu untuknya
biarlah ia berjalan beriringan alamnya
biarkan peluhnya mengalir seiring perjuangannya
biarkan ia mencari adanya

aku takkan mengusiknya
begitu pula engkau, kawan

3 Juni 2012,
pembicaraan tentang "ia" semalam
(with Helmy, Mitsa, Trisna, Dyas, Bayu)

Wahai yang terpilih

Tak tahu kemana jalan ini akan berujung,
Bahkan unjung yang kita tuju pun,
masih terasa samar berkabut
namun,
kami memilihmu wahai engkau yang terpilih
Yang kan bersama menguak kabut di penghujung asa ini
Hanya doa yang terkirim dari angan
Semoga Engkau yang terpilih hari ini
dapat menjadi perekat, peneduh, dan lentera

2 dan 3 Juni 2012
Gedung D301,  Rapat Akbar Media Center STAN 2012

Kepada Ilalang

Untuk apa memandang ia yang begitu indah
Untuk apa mengagumi sosoknya yang tak terjangkau
Jika hanya dengan memandangmu,
kau yang sederhana,
kau yang membumi,

Untuk apa terus merenungi sosoknya yang begitu rapuh,
Melihatmu mampu bertahan dari terpaan badai
Kau yang selau kembali tegak berdiri


Mampu melahirkan imaji terliarku
Dan membangkitkan senyum yang terelap


Kepada Ilalang,
23 Mei 2012

Kamis, 31 Mei 2012

Kisah yang lain: Cinta Kuantum


Ini kisah cinta yang lain, yang tak sengaja tertabrak ketika aku berlari tergesa-gesa, mengejar serpihan-serpihan mimpi. Ia terlihat lemah, koyak, dan hampir patah. Dari sisa nafasnya ia bercerita, dari sorot matanya ia menyenandungkan kisahnya.

Sang Pencinta yang kutemui ini adalah salah satu korban. Korban candu cinta, yang manis di awal, dan sepah di akhir.

Di awal kisah,

Menangkap Cinta, Menangkap Inspirasi


Banyak kisah cinta. Betebaran bersama molekul-molekul udara, berloncatan dengan bebas. Menunggu tak sengaja tertabrak pasangan muda yang sedang bergandengan tangan. Menunggu tak sengaja terbawa kakek nenek yang sedang berjalan sambil tertawa. Menunggu tak sengaja dipungut oleh ayah dan ibu yang sedang mendorong kereta bayinya.

Kisah cintanya selalu membuatku kagum. Mereka yang mencinta dengan dewasa. Cinta yang tak posesif, cinta yang tak harus bertemu. Cinta yang saling memiliki tanpa harus menguasai. Cinta yang tak harus bersua, bertatap, dan bercakap untuk mengetahui.

Aku mencinta.
Aku merasakannya memanggil di seruluh getaran nadiku.
Aku mencinta.
Aku merasakannya berderak di setiap degub jantungku.
Aku mencinta.
Aku merasakannya pada semu merah di pipiku
Aku mencinta,
Aku  melihat pancarannya dari bulan di malam sendu
Aku mencinta.
Aku tahu.
Tapi tak tahu pada siapa.

PS: akhir-akhir ini posting-posting di blog ini selalu bertemakan cinta, dan entah mengapa berbau galau. Aku sendiri tidak tahu, tapi sepertinya udara di sekitarku diselimuti aroma cinta. Cinta yang berwarna pink, biru, dan merah membara. Dan entah mengapa syaraf penangkap inspirasiku sedikit lebih peka pada cinta yang sedikit melankolis.

Selasa, 29 Mei 2012

Dua di Satu yang Sama


Pernahkan kalian merasakan kesedihan yang datang berturut-turut? Satu, dua, tiga, empat, lima, enam. Pernahkah kau merasa semua orang tiba-tiba meninggalkanmu? Dia, dia, dia, dia, dan dia. Semakin dihitung semakin banyak, semakin disadari, semakin menyedihkan rasanya.

Tapi buat apa menangisi kehilangan jika energi dari kesedihan itu tak mampu mendatangkan kembali yang hilang. Lebih baik kita ubah energi kesedihan itu digunakan untuk

Senin, 28 Mei 2012

Haruskah

akhirnya aku mengetahuinya.
itukah semua jawaban atas pertanyaan-pertanyaanku selama ini,
jawaban atas semua perubahan sikapmu?

Kupikir itu hanya prasangka, namun lebih dari sekedar nyata.
Itu..

X Adventure dan Banana Ranger


X Adventure.
Di dunia in ibanyak hal yang bertentangan.
Antara hitam dan putih, antara opini dan fakta.
Demi kebenaran dan  verifiksasi,
Demi editor dan redpel,
Ranger kuning, ranger puith, ranger biru BERSATU!

Awalnya ragu, juga kesal saat menerima pesan-pesan tentang x-adventure. Bukan hanya waktunya yang tabrakan dengan salah satu puncak kegiatan dari kepanitiaan yang kuiikuti, tapi sms-sms itu tiba-tiba saja mencemari momen-momen santaiku saat sedang makrab kelas. Belum lagi ternyata di hari sabtu ada kuliah pengganti.

Tapi insting akan petualangan dan tantangan mengalahkan segalanya. Aku memilih x adventure, resign dari kepanitiaan, dan membolos kuliah. Pilih kuliah? Itu...

Rabu, 23 Mei 2012

Edison dan Arai


Aku bukan Thomas Alfa Edison, yang pantang menyerah walau kegagalan menderanya hingga 999 kali. Yang terus mencoba walau sukses enggan menyapanya, hingga pada hitungan ke seribu. Aku bukan Edison,  walau sebenarnya aku ingin seperti dia. Aku memang tak akan menyerah hanya dengan satu, dua, atau tiga kegagalan. Namun jika puluhan kali kegagalan menderaku, toh aku juga...

pujangga


Siapakah gerangan dirimu? Wahai Pujangga yang mampu membuat gadis itu tersenyum lebar, menepis segala kerinduannya selama ini. Walau hanya dengan perantara monitor dan keyboard yang akan mati tanpa elemen bernama listrik. Siapakah dirimu, yang mampu menghapuskan tangis syahdunya di malam-malam itu. Walau hanya dengan untaian kata yang tak kuasa kau ucapkan langsung padanya. Aku tahu jika kau rela menukarkan segalanya agar mampu bersua, bercakap-cakap langsung dengannya. Kau pasti rindu akan senyumnya yang manis bukan? Juga rindu akan sorot matanya yang laksana hijau di belantara Arizona. Meneduhkan.

Siapakah gerangan dirimu? Wahai yang mengaguminya tulus dari lubuk sanubari. Ku rasa aku mengerti benih yang melahirkan kekagumanmu padanya. Aku pun menyanjungnya layaknya engkau. Dalam artian dan cara yang berbeda, mungkin.

Caranya memandang dunia, membuat aku

Minggu, 20 Mei 2012

Liburan Absurd


Dalam 3 hari ini, mobilitasku sangat tinggi. Dimulai dengan menjemput ibu di tanah abang, pergi ke rumah saudara di BSD, menemani jalan-jalan di tanah abang, menengok orang sakit di RSCM, jalan-jalan sebentar di pasar senen, ke cipulir, dan kembali lagi ke stasiun pasar senen. Jadilah tiga hari ini aku menjadi guide dadakan untuk ibuku, yang padahal, hafal daerah dan angkutan umum sekitar sini pun belum.

mereka bertiga naik troli

Yang paling tak terlupakan adalah ketika bermain bersama saudara-saudaraku, Muti, si Abang, dan Isma. Mereka bertiga benar-benar hiperaktif dan lucu. Seperti waktu kami mengantar bulek belanja di Giant

Isma: *lari-lari kesana-kemari* waa... wa...
Muti: *tiba-tiba meroda*
Abang: *stay cool*


Kemudian kami

Jumat, 18 Mei 2012

Target

Target bulan ini:
menyelesaiakan keempat novel supernova karya Dee:
1. Ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh
2. Akar
3. Petir
4. Partikel

tapi....

Kamis, 17 Mei 2012

Ego

Aku tidak tahu apa alasanmu. Kau datang dan kemudian menghilang begitu saja tanpa permisi. Kau datang, bersama senyum hangatmu, kau tumbuhkan sejuta harapan. Dan tak lama, ketika impianku mulai tumbuh menyubur, lagi-lagi kau menghilang. Memupuskan mimpi yang telah kutanam dan kupupuk susah payah

Apakah kau datang hanya untuk menumbuhkan mimpiku, lantas kau pergi seenaknya tanpa tahu apa yang terjadi pada mimpu itu? Kau sengaja pergi, untuk memadamkan bara yang telah tersulut kah? Pernahkah kau peduli akan mimpiku yang tumbuh ranum dengan kehadiranmu? pernahkah?

Minggu, 13 Mei 2012

G-a-l-a-u


Pernah galau?

Pasti pernah kan. Aku enggak dong. *Tapi bohong*

Seperti semalam, tiba-tiba saja aku galau. Biasanya malam setelah ujian terahir adalah malam yang membahagiakan. Seakaan terbebas dari rantai belenggu, seakan bisa menikmati hidup sebagai mahasiswa biasa dan bersenang-senang. Bisa jalan-jalan, baca novel, baca buku, tidur sepuasnya, ngepel lantai kosan, bersihin kamar mandi, makan es krim. Seeemuanya :D
*padahal seninnya masih ujian*


Kayak mbak kosku yang tiba-tiba aja semua playlistnya berubah jadi lagu galau.

Maklum, ini kan minggu terakhir dan hari terakhir dia kuliah. Besok dia udah PKL, memasuki gerbang dunia orang dewasa dan meninggalkan kampus ini. Aku yang lagi di ruang keluarga ini pun tiba-tiba

Jumat, 11 Mei 2012

Komunikasi


Kemarin, tiba-tiba seorang teman mengirimiku sebuah pesan singkat.

“bukankah teman itu tidak harus bertemu dan komunikasi? Aku selalu begitu. Aku jarang berkomuniasi dengan teman-teman smpku, juga jarang bertemu. Tapi kami tetap teman”

Aku tertegun. Diam. Berpikir

Si teman yang mengirimkan pesan iti, adalah salah satu

Kamis, 10 Mei 2012

#19 Sudah Lahir!

Civitas #19


Konon katanya, ada seorang mahasiswa STAN yang entah bagaimana dia ter-DO. Si mahasiswa ini mungkin karena saking frustasinya, akhirnya memutuskan untuk bunuh diri. Namun tampkanya keputusan si mahasiswa naas ini untuk mengakhiri hidupnya dalam usia belia bukanlah keputusan yang tepat. Meninggal di usia yang masih belia, ia memang tidak meninggalkan anak dan istri untuk dinafkahi *jelas lah, kan di STAN nggak boleh nikah*. Namun ternyata ada sosok lain yang ditinggalkannya, yakni sebuah Honda keluaran 2003miliknya.

Entah bagaimana, konon si motor milik mahasiswa itu tidak mau dipindahkan. Motor itu terus berada di parkir kampus, bertahun-tahun hingga usang dan berdebu. Tidak ada seorang pun yang berani memindahkannya karena konon, jika dipindahkan ia akan kembali ke posisi semula. Tidak ada yang tahu mengapa motor tua itu tetap berada di situ. Apakah arwah si mahasiswa yang belum tenang itu merasuki motornya? Ataukah si motor merasa sedih karena ditinggalkan tuannya?

Rabu, 09 Mei 2012

Perjalanan si Buku

"Aku tidak akan membuang atau menjual mereka, buku-buku lamaku. Biarlah mereka menjadi saksi atas perjalanan pendewasaan alam pikirku" -muam-

Kemarin siang, setelah cukup digalaukan karena nggak ada niat sama sekali untuk belajar SIM-K, iseng-iseng aku membuka file daftar buku yang kumiliki. Juga daripada galau karena teringat ujian Bahasa Inggris yang nggak kalah madesu dengan ujian cost, akhirnya aku malah

Selasa, 08 Mei 2012

Ketika WK terbit duluan


Kalut adalah ketika produk keluaran perusahaan sainganmu keluar lebih dulu.

Dan sekarang aku marasakan kekalutan yang sama. WK alias Warta Kampus sudah turun cetak dab terbit. Padahal kali ini kami (mabeng) sudah berusaha memperceat proses produksi tabloid. Aku juga sering kali mengingatkan para reporter agar segera menyelesaikan berita mereka. Dan menurut catantanku, timeline pengumpulan artikel di tabloid ke 19 ini lebih cepat dari biasanya. hhh.. tapi ya begini, pada akhirnya deadliner tetaplah deadliner. Civitas yang biasanya dibagikan pada hari pertama ujian, sampai hari ini belum juga menampakkan wujudnya.


Aku membolak balik halaman WK....

Senin, 07 Mei 2012

Harakiri



Hari ini warga ceger khususnya perumahan RS IV dikejutkan dengan penemuan mayat seorang mahasiswi. Mayat tersebut ditemukan sekitar pukul lima sore di sebuah kamar di salah satu kos putri perumahan tersebut. Kondisi mayat yang mengenaskan membuat mahasiswi lain yang tinggal di kos itu berteriak-teriak hiteris selama lebih dari lima jam. Walaupun dengan isi perut yang berceceran, wajah korban dapat diidentifikasi dengan jelas.

Korban yang berinisial MH adalah seorang mahasiwi semester 4 spesialisasi kebendaharaan negara. Polisi belum mengetahui motif di balik terbunuhnya MH. Namun hingga saat ini, penyebab kematian korban diduga karena melakukan harakiri. Pihak terkait menduga korban melakukan harakiri karena gagal dalam ujian cost accounting. Hal ini turut diamini oleh beberapa saksi mata.

“Tadi setelah ujian dia galau dan nagis guling-guling,” tutur SUS, salah satu teman sekos korban. Teman-teman sekelasnya juga mengatakan hal yang sama, bahwa korban tidak kuat menaggung rasa bersalah akibat tidak bisa mengerjakan soal ujian. Dugaan semakin kuat dengan ditemukannya bukti SMS yang dikirim korban kepada teman-temannya.

*****
Aku mau harakiri.
Selamat tinggal teman-teman.
Aku bahagia pernah mengenal kalian :’)

Sent to many at 11.54.00
07-05-2012

Jumat, 04 Mei 2012

Mengejar Progesteron


“kamu besok nggak pulang juga?” tanya si gadis modis. Ceria seperti biasa.

“Iya,” jawab gadis yang diajaknya. lugas. Kata-katanya sederhana, seperti penampilanya yang juga sederhana.

“Yaudah ikut kita aja,”

“Ngapain?”  

“Les make up dan kecantikan” jawab si gadis modis. Masih sambil tersenyum

“Eegh...,” si gadis sederhana yang berpenampilan cuek itu memanglingkan muka. “Aku nggak mau kalo les kecantikan” jawabnya sembari memasang muka masam yang dibuat-buat.

Si gadis modis menampakkan ekspresi sedih

“Gitu yaa...” gadis lain di samping gadis pertama, yang juga tak kalah modis ikut bereaksi. Memasang wajah masam yang juga dibuat-buat

“Aku maunya mbolang,” tutur si gadis cuek itu pada akhirnya. Penuh semangat, senyum tersugging di bibirnya. Ia tetap memasang wajah ceria berlebih, tanpa sadar bahwa sedari tadi, dosen telah hadir di ruangan. Dan mungkin saja ia mendengar semua percakapan itu.

****

Mungkin kalian akan bertanya siapa si gadis modis, dan siapa pula gadis modis yang satunya. Tapi kalau si gadis cuek yang memilih mbolang daripada beajar kecantikan, seluruh dunia pasti sudah tau. Itu

Kamis, 03 Mei 2012

Perpisahan si Pria-Bocah Tengil


lagi-lagi aku tiba di penghujung sebuah pertemuan, perpisahan.

Dan lagi-lagi aku harus berpisah dengan salah seorang dari keluarga yang amat kusayangi. Entah mengapa harus ia, mengapa harus dari mereka. Satu per satu secara perlahan namun pasti, anggota kami di sini mulai berkurang. Dan lagi-lagi, aku tidak bisa mencegahnya.
Namun setidaknya perpisahan kami kali ini dihiasi dengan senyum. Si pria-bocah tengil itu memutuskan untuk keluar dari tempat ini dengan suka rela. Ia memang ingin pergi, dengan keputusannya sendiri. Bukan karena indek prestasi yang pas-pasan atau melanggar segepok peraturan. Melepas seorang yang kami sayangi, berat memang. Tapi itu jalan yang ia pilih.

Kuakui. Ia pemberani. Ia adalah seorang

Selasa, 01 Mei 2012

Tragedi Semalam


Memerintahkan orang skeptis-argumentatif untuk diam itu seperti megusir semut dari gula. Hanya bekerja beberapa saat, sebelum akhirnya ia kembali.

Ituah yang terjadi padaku. Aku ini tidak bisa diam ketika ada sesuatu yang mengusik pikiranku. Agaknya sesuatu dalam kepalaku ini saling berargumen di luar kendali. Akhirnya  mulutku, atau tanganku tak kuasa untuk menahannya, dan menyampaikannya dengan gamblang. Aku tak bisa begitu saja pura-pura cuek pada suatu permasalahan dan membiarkannya. Memang yang kulakukan bukanlah hal yang memberi kontribusi nyata, tapi aku melakukan upaya yang bisa kulakukan, yakni  dengan memberikan argumen.

Isu kenaikan BBM misalnya, walaupun berakting seolah tidak peduli, di kelas secara diam-diam aku menganalisa dampak negatif dan positifnya. Mengumpamakan seolah diriku ada di posisi orang yang pro kenaikan dan juga memposisikan diriku seolah aku adalah orang yang kontra akan kenaikan BBM. Dan ketika tanpa disangka salah satu dosen memerintahkan kami untuk berargumen seolah-olah kami tidak pro kenaikan BBM, itu mudah saja bagiku. (Walaupun mayoritas temen-temen yang lain setuju dengan kenaikan karena, mungkin, memang telah terdoktrin berada di pihak pemerintah)

Tentang akreditasi instansi pendidikan yang diwajibkan sebelum 16 Mei 2012 misalnya. Sesaat setelah dosenku mengatakannya, aku memikirkannya. Walaupun saat itu yang kukatakan adalah “nggak usah dipikirin pusing-pusing. Ini kan bukan urusan kita.”. Namun tidak bisa dipungkiri, aku memikirkannya. Bukan memikirkan bagaimana kelanjutan studiku atau nasibku nanti setelah lulus, tapi memikirkan bagaimana status kampusku. Hanya sebatas rasa ingin tahu. Kalaupun saat itu bisa, aku pasti akan langsung bertanya pada dosenku “bagaimana dengan status kampus kita pak?”. Dan untungnya aku tidak perlu menanyakannya karena beliau juga tidak tahu. Beliau menyarakan untuk membuka situs dikti, dan itulah yang kulakukan. Tapi nihil.

Mungkin kebanyakan pembaca akan percaya begitu saja ketika di pintu ATM terdapat tulisan “rusak” atau “uang habis”. Tapi tidak denganku. Sering, sering sekali aku tetap bersikukuh masuk ke dalam ATM dan membuktikannya sendiri. Dan tak jarang aku menemukan bahwa tulisan itu menipu, walaupun terkadang benar juga. Mingu lalu contohnya, aku mengabaikan tulisan “rusak” pada sebuah pintu ATM, dan ternyata setelah mencoba aku bisa mengambil uang seperti biasanya.

Sebenarnya inti cerita ini adalah mengenai permasalahan makrab kelasku. Makrab ini

Senin, 30 April 2012

Hectic Week Has Been End


Hari ini aku bisa bernafas agak lega.

Aku juga bisa tidur sebelum jam 12 malam, ngerjain tugas dari dosen, masak, ataupun bersantai sejenak di kos. Akhirnya agenda-agenda yang menyita sebagian besar waktuku akhir-akhir ini telah berakhir.
Media Camp, walaupun dengan publikasi yang amat minim dan singkat, terbilang cukup sukses karena mampu menghadirkan perwakilan-perwakilan LPM lain. Ini adalah batu loncatan bagi kami, agar tidak terus berada dalam tempurung. Saatnya bagi kami untuk

Jumat, 20 April 2012

detik terakhir


And here i am. Di penghujung usia belasan ini.

Awalnya aku berharap akan menghabiskan sisa usia belasan tahunku dengan sesuatu yang menyenangkan atau so sweet. Makan, main, dan jalan-jalan bareng temen-temen, atau wisata kuliner sama seseorang. Mbaca komik cantik atau novel roman sambil makan eskrim dan ngemil di kosan. Makan bakso dengan kuah yang mengepul panas di ceger, atau tidur pulas dan mimpi indah.  Atau seperti ulang tahun ke 17 ku yang kuhabiskan di Bali dan “diceburkan” rame-rame di Kuta. Tapi tampaknya itu hanya mimpi di siang bolong.

Detik-setik akhir masa belasan ini malah diisi dengan kegalauan dan tekanan. Sayangnya bukan galau karena cinta,

Sabtu, 07 April 2012

Setengah-Setengah

"nanti habis pulang sekolah main yuk kemana gitu..!" tanya seorang gadis manis teman sebangkuku.
"nggak bisa, aku mau pembinaan olimpiade"
"kalau besok?" tanya temanku yang lain.
"nggak bisa juga ada rapat MPK"
"oh..."
semua terdiam,
"kalian main aja, nggak usah sama aku nggak papa" kataku akhirnya.

Itulah yang selalu terjadi dalah hidupku. Aku merasa selalu setengah-setengah. Aku bahkan ragu jalan mana yang seharusnya kugeluti, jalan mana yang seharusnya kudalami. Aku suka semua hal: akademis, organisasi, olahraga, bermain, alam, menulis, fotografi, seni. Semuanya, walaupun aku tidak ahli dalam beberapa hal, aku tetap suka melakukannya. Atau memang inilah aku, tidak suka memilih?

Selasa, 03 April 2012

Telapak Tangan


“Ibu, ini natriumnya”. Kata pria itu sambil tersenyum dengan ramah. Senyumnya, cara ia tersenyum, pembawaannya yang tenang dan santun mengingatkanku pada sosok Pak Udin. Ia adalah guruku, guru terbaikku, atau begitulah pemikiranku saat itu.

******

“Pak, boleh tidur ya?” tanyaku dengan lugas.
Innocent dan polos. Kala itu aku tidak pernah  memikirkan konsekuensi atas apa yang aku ucapkan atau apa yang aku perbuat. Aku juga tidak pernah takut pada apapun selama aku merasa bahwa aku benar. Tak pernah terbesit sedikitpun dalam pikiranku bahwa beliau akan marah karena permintaanku yang aneh. Pelajaran masih berlangsung dan teman-teman masih sibuk mengerjakan soal Matematika.
“Kenapa?” tanyanya dengan sabar. Ia tahu dengan benar bagaimana cara menghadapi siswa SD. Siswa SD adalah anak-anak yang sedang dalam masa pembentukan karakter, jika ditempa dengan cara yang salah maka kelak akan menjadi tongkat bengkok. “sudah selesai?” tambahnya lagi.
“Sudah dari tadi, Pak. Teman-teman lama” jawabku dengan malas. Berusaha jujur namun tetap saja terdengar agak besar kepala bagi orang lain. Kala itu, memang selalu seperti itu. Entah aku yang terlalu cepat, atau teman-temanku yang terlalu lama.
“Ya ditunggu sampai mereka selesai lalu kita koreksi bersama-sama” jawabnya, masih sambil tersenyum. Ia menyarankan sebuah solusi yang tidak pernah aku sukai. Aku dengan pemikiranku yang masih dangkal, adalah anak yang paling benci tanpa melakukan apapun.
“Kan lebih baik tidur, Pak. Daripada melakukan hal yang tidak berguna”

Bad Luck


Selama ini banyak hal-hal bodoh yang tanpa sengaja kulakukan. Aku tidak tahu apakah itu semacam kutukan, ketidakberuntungan, ataukah hanya ketidaksengajaan semata.

Mulai dari tergores benda tajam, menyebabkan perabot patah atau rusak, miss saat mengerjakan sesuatu, sampai alat elektronik yang rusak. Apakah ini termasuk kecerobohan, keteledoran, atau kebodohan. Mungkin jawabannya adalah semua itu. Dan untungnya tubuhku mempunyai imun yang cukup bagus untuk memulihkan diri selepas terluka karena diri sendiri, jadi ia tidak rusak seperti perabot-perabot di rumah selama ini.

Usiaku sudah cukup dewasa. Aneh rasanya ketika tiba-tiba tanganku berdarah karena terjepit kunci pintu di toilet umum atau ketika mengangkat lengan tanpa sengaja menggores paku di dinding sehingga menimbulkan lukagores yang cukup dalam. Si paku tidak beralah, karena tidak ada sejarah orang pernah terluka gara-gara paku sial itu. Oke, sebenarnya bukan pakunya yang sial, tapi aku.

Dan hari ini aku kembali melakukan hal bodoh.

Senin, 05 Maret 2012

Terima Kasih


Terima kasih
Kau telah datang menghampiriku
Saat cahaya kehidupanku mulai meredup redam
Ketika aku berada pada persimpangan hidup dan mati

Terima kasih
Telah memberiku tawa dan canda
Yang dulu sempat hilang digerus duka lara

Kau tahu?
Kau seperti lentera dalam kegelapan
Yang menuntunku kembali untuk hidup
Memberiku sebuah mimpi
Untuk kembali bangkit dan melompat terbang mengangkasa

Kau tahu?