Minggu, 17 Desember 2017

Akhir

Time flies.

Waktu seolah terbang. Terbang dengan amat cepatnya. Bagai elang di antara burung-burung, bagai cahaya di antara  molekul. Hingga tanpa  sadar kini aku telah berada di penghujung tahun. Di penghujung yang sama dengan tahun lalu.

Namun...

Setidaknya penghujung tahun lalu masih menyisakan setitik harapan. Segulir mimpi yang seharusnya diwujudkan di tahun ini. Angan, cita-cita, perjuangan, kepercayaan, dan cinta.

Tapi rupanya takdir berkata lain. Yang ada hanyalah kisah tentang keputusasaan: khianat, ditinggalkan, dan luluh lantak. Asa yang dibangun dengan susah payah, harapan yang terus dijaga dalam badai, dan mimpi yang terus digenggam erat. Semua musnah dalam hitungan pendek tak berbilang.

Terkadang aku bertanya pada-Nya. Apa salahku? Pantaskah aku menerima semua ini? Di antara milyaran perempuan lain, mengapa harus aku?

Menyusun kembali puing-puing yang runtuh. Lalu kembali runtuh. Menyusun kembali reruntuhan yang telah runtuh. Lalu kembali runtuh. Berusaha membangun reruntuhan yang kembali runtuh. Lalu runtuh lagi. Hingga pada akhirnya jiwa ini tak sanggup lagi untuk menyusunnya.

Lalu beberapa yang datang mengetuk, tak lagi dapat kurasakan ketukannya. Ia yang mengetuk perlahan. Dia yang mengetuk paksa. Ia yang membuka lebar-lebar. Ia yang datang begitu saja. Tak terasa.

Apa yang salah? Apakah jiwa ini sudah mati?