Pernahkan kau bicara, tapi tak didengar
Tak dianggap sama sekali
Pernahkan kau tak salah, tapi disalahkan
Tak diberi kesempatan
pernahkah kalian merasa tidak dianggap oleh seseorang yang kalian sayangi? (mantan) teman dekat, (mantan) sahabat, orang tua, saudara, pacar, atau mungkin suami?
Jika
misalnya yang seperti itu terjadi padaku, aku mungkin nggak akan setegar agnes
monica. Dia masih sempat nyanyi-nyanyi padahal dianggap tidak ada oleh
pasangannya. *semoga aku bisa setegar agnes monica*
Dianggap tidak ada itu... rasanya bagaikan antara hidup dan mati.
Dianggap tidak ada itu... rasanya bagaikan antara hidup dan mati.
Mau hidup,
tapi tidak dianggap oleh seseorang yang dicintai. Mau mati tetapi masih banyak
kewajiban di dunia ini yang beum dituntaskan. Kalau misalnya dengan mati saat
ini aku langsung mendapat jaminan masuk surga, aku pati sudah memilih mati
sekarang daripada menunggu bertahun-tahun lagi dan menderita. Itu Cuma
seandainya. Soalnya kan tidak ada jaminan yang pasti akan kelanjutan hidup
setelah mati.
Dianggap
tidak ada itu rasanya bagai diantara es dan api. Hati kita panas, marah meilhat
orang yang kita cintai mengabaikan kita. Namun juga dingin, sedingi es di
kutup.
Hati
kita terdiri dari dua bagian, api yang merangsang emosi, dan es yang
menenangkan emosi itu. Saat kita marah, bagian hati yang satu akan membara
hingga suhu maksimalnya. Namun bagian hati kita yang lain akan turun hingga ke
titik beku untuk mencoba memadamkan ai yang membara itu. Ia selalu menekankan kita
untuk sabar dan tabah menghadapi semua cobaan. “Toh, ini semua akan segera
berakhir. Ini hanya sementara. Dia Cuma khilaf” Dan itu menyebabkan efek yang
menyakitkan saat dua benda yang bertentangan sama-sama memancarkan energinya
yang paling maksimal.
Dan
setiap pengabaian itu terjadi, seolah-oleh ada pisau besar yang tersangkut di
tenggorokanku. Sesak, antara ingin menangis dan ingin tetap tegar. Menahan
tangis untuk menguatkan diri sendiri dan ingin menangis karena memang sudah
benar-benar tidak tahan.
Dianggap
tidak ada oleh orang yang disayangi itu rasanya bagaikan berdiri di jembatan
yang sebentar lagi rubuh.
Kalau aku berbalik, itu mstahil karena waktu
tidak akan berjalan mundur. Kalau aku memaksakan berlari, jembatan itu akan
cepat rusak dan aku akan jatuh ke jurang. Kalau aku berdiam diri, nasibku akan
terus mengambang, akan disitu tanpa tahu kapan keluar dari kondisi itu.
Kalau
kita ingin berbalik, itu tidak mungkin karena aku telah megalami semua kenangan
itu. Waktu tidak mungkin berbalik. Aku sudah bertemu dengannya, aku sudah
mengenalnya, aku sudah menjalin kedekatan itu, dan dia sudah menjadi bagian
dariku.
Kalau aku berlari agar keluar dari keadaan itu, maka
jembatanyang sudah kubangun dan kupertahankan selama bertahun-tahun akan tuntuh
dan lenyap begitu saja. Tak berbekas. Dan aku tidak mau itu terjadi. Dan akupun
akan jatuh ke jurang, dan pada akhirnya juga akan mati. Karena memang jembatan
itu caraku satu-satunya untuk mencapai seberang.
Andai saja aku punya sayap. Aku akan terbang. Aku akan pergi. Jembatan itu tidak akan runtuh dan aku tidak akan jatuh ke jurang yang terjal dan dalam itu. Aku ingin, walaupun aku pergi dengan selamat, jembatan itu masih ada. Keberadaannya akan menjadi saksi pada dunia, bahwa jembatan itu memang pernah ada walaupun kini tidak berguna lagi.
mengakhiri hubungan sama saja dengan mencoba berlari dari jembatan yang hampir rubuh itu. Saat kau mengakhiri hubungan itu, maka hubungan itu akan berakhir tidak berbekas. Dan pada akhirnya aku juga tidak akan bertahan hidup karena membohongi cinta. Berbohong bahwa sudah tidak membutuhkan padahal masih sangat membutuhkan. Tapi jika kamu diam saja dan tetap pasrah, maka nasibmu akan terus menggantung..
Bidadari, pinjami aku sayap kalian....
Andai saja aku punya sayap. Aku akan terbang. Aku akan pergi. Jembatan itu tidak akan runtuh dan aku tidak akan jatuh ke jurang yang terjal dan dalam itu. Aku ingin, walaupun aku pergi dengan selamat, jembatan itu masih ada. Keberadaannya akan menjadi saksi pada dunia, bahwa jembatan itu memang pernah ada walaupun kini tidak berguna lagi.
mengakhiri hubungan sama saja dengan mencoba berlari dari jembatan yang hampir rubuh itu. Saat kau mengakhiri hubungan itu, maka hubungan itu akan berakhir tidak berbekas. Dan pada akhirnya aku juga tidak akan bertahan hidup karena membohongi cinta. Berbohong bahwa sudah tidak membutuhkan padahal masih sangat membutuhkan. Tapi jika kamu diam saja dan tetap pasrah, maka nasibmu akan terus menggantung..
Bidadari, pinjami aku sayap kalian....
Ku hidup dengan siapa
Ku tak tahu kau siapa
Kau kekasihku tapi orang lain bagikuKau dengan dirimu saja
Ku tak tahu kau siapa
Kau kekasihku tapi orang lain bagikuKau dengan dirimu saja
Kau dengan duniamu saja
Teruskanlah, teruskanlah
Kau begitu
Kau tak butuh diriku, aku patung bagimu
Cinta bukan kebutuhanmu
Ku hidup dengan siapa
Ku tak tahu kau siapa
Kau kekasihku tapi orang lain bagiku
Kau dengan dirimu saja
Kau dengan duniamu saja
Teruskanlah teruskanlah
Kau begitu
(Agnes Monica - Teruskanlah)
0 komentar:
Posting Komentar