Jumat, 20 April 2012

detik terakhir


And here i am. Di penghujung usia belasan ini.

Awalnya aku berharap akan menghabiskan sisa usia belasan tahunku dengan sesuatu yang menyenangkan atau so sweet. Makan, main, dan jalan-jalan bareng temen-temen, atau wisata kuliner sama seseorang. Mbaca komik cantik atau novel roman sambil makan eskrim dan ngemil di kosan. Makan bakso dengan kuah yang mengepul panas di ceger, atau tidur pulas dan mimpi indah.  Atau seperti ulang tahun ke 17 ku yang kuhabiskan di Bali dan “diceburkan” rame-rame di Kuta. Tapi tampaknya itu hanya mimpi di siang bolong.

Detik-setik akhir masa belasan ini malah diisi dengan kegalauan dan tekanan. Sayangnya bukan galau karena cinta,

Sabtu, 07 April 2012

Setengah-Setengah

"nanti habis pulang sekolah main yuk kemana gitu..!" tanya seorang gadis manis teman sebangkuku.
"nggak bisa, aku mau pembinaan olimpiade"
"kalau besok?" tanya temanku yang lain.
"nggak bisa juga ada rapat MPK"
"oh..."
semua terdiam,
"kalian main aja, nggak usah sama aku nggak papa" kataku akhirnya.

Itulah yang selalu terjadi dalah hidupku. Aku merasa selalu setengah-setengah. Aku bahkan ragu jalan mana yang seharusnya kugeluti, jalan mana yang seharusnya kudalami. Aku suka semua hal: akademis, organisasi, olahraga, bermain, alam, menulis, fotografi, seni. Semuanya, walaupun aku tidak ahli dalam beberapa hal, aku tetap suka melakukannya. Atau memang inilah aku, tidak suka memilih?

Selasa, 03 April 2012

Telapak Tangan


“Ibu, ini natriumnya”. Kata pria itu sambil tersenyum dengan ramah. Senyumnya, cara ia tersenyum, pembawaannya yang tenang dan santun mengingatkanku pada sosok Pak Udin. Ia adalah guruku, guru terbaikku, atau begitulah pemikiranku saat itu.

******

“Pak, boleh tidur ya?” tanyaku dengan lugas.
Innocent dan polos. Kala itu aku tidak pernah  memikirkan konsekuensi atas apa yang aku ucapkan atau apa yang aku perbuat. Aku juga tidak pernah takut pada apapun selama aku merasa bahwa aku benar. Tak pernah terbesit sedikitpun dalam pikiranku bahwa beliau akan marah karena permintaanku yang aneh. Pelajaran masih berlangsung dan teman-teman masih sibuk mengerjakan soal Matematika.
“Kenapa?” tanyanya dengan sabar. Ia tahu dengan benar bagaimana cara menghadapi siswa SD. Siswa SD adalah anak-anak yang sedang dalam masa pembentukan karakter, jika ditempa dengan cara yang salah maka kelak akan menjadi tongkat bengkok. “sudah selesai?” tambahnya lagi.
“Sudah dari tadi, Pak. Teman-teman lama” jawabku dengan malas. Berusaha jujur namun tetap saja terdengar agak besar kepala bagi orang lain. Kala itu, memang selalu seperti itu. Entah aku yang terlalu cepat, atau teman-temanku yang terlalu lama.
“Ya ditunggu sampai mereka selesai lalu kita koreksi bersama-sama” jawabnya, masih sambil tersenyum. Ia menyarankan sebuah solusi yang tidak pernah aku sukai. Aku dengan pemikiranku yang masih dangkal, adalah anak yang paling benci tanpa melakukan apapun.
“Kan lebih baik tidur, Pak. Daripada melakukan hal yang tidak berguna”

Bad Luck


Selama ini banyak hal-hal bodoh yang tanpa sengaja kulakukan. Aku tidak tahu apakah itu semacam kutukan, ketidakberuntungan, ataukah hanya ketidaksengajaan semata.

Mulai dari tergores benda tajam, menyebabkan perabot patah atau rusak, miss saat mengerjakan sesuatu, sampai alat elektronik yang rusak. Apakah ini termasuk kecerobohan, keteledoran, atau kebodohan. Mungkin jawabannya adalah semua itu. Dan untungnya tubuhku mempunyai imun yang cukup bagus untuk memulihkan diri selepas terluka karena diri sendiri, jadi ia tidak rusak seperti perabot-perabot di rumah selama ini.

Usiaku sudah cukup dewasa. Aneh rasanya ketika tiba-tiba tanganku berdarah karena terjepit kunci pintu di toilet umum atau ketika mengangkat lengan tanpa sengaja menggores paku di dinding sehingga menimbulkan lukagores yang cukup dalam. Si paku tidak beralah, karena tidak ada sejarah orang pernah terluka gara-gara paku sial itu. Oke, sebenarnya bukan pakunya yang sial, tapi aku.

Dan hari ini aku kembali melakukan hal bodoh.

Senin, 05 Maret 2012

Terima Kasih


Terima kasih
Kau telah datang menghampiriku
Saat cahaya kehidupanku mulai meredup redam
Ketika aku berada pada persimpangan hidup dan mati

Terima kasih
Telah memberiku tawa dan canda
Yang dulu sempat hilang digerus duka lara

Kau tahu?
Kau seperti lentera dalam kegelapan
Yang menuntunku kembali untuk hidup
Memberiku sebuah mimpi
Untuk kembali bangkit dan melompat terbang mengangkasa

Kau tahu?

Minggu, 04 Desember 2011

Sayap Bidadari


Pernahkan kau bicara, tapi tak didengar

Tak dianggap sama sekali

Pernahkan kau tak salah, tapi disalahkan
Tak diberi kesempatan


pernahkah kalian merasa tidak dianggap oleh seseorang yang kalian sayangi? (mantan) teman dekat, (mantan) sahabat, orang tua, saudara, pacar, atau mungkin suami?

Jika misalnya yang seperti itu terjadi padaku, aku mungkin nggak akan setegar agnes monica. Dia masih sempat nyanyi-nyanyi padahal dianggap tidak ada oleh pasangannya. *semoga aku bisa setegar agnes monica*

Dianggap tidak ada itu... rasanya bagaikan antara hidup dan mati. 

Kepastian?


I know, if it be with wou, it will be nice. But with them it so much fun. But I think, if it be with you, it will be very very so much fun

Jika saat itu ku lalaui bersamamu, ku rasa itu akan menjadi kenangan yang sangat manis. Tapi ternyata bersama mereka pun tawa keceriaan menerpaku. Tapi aku yakin, jika itu bersamamu, akan ada lebih banyak tawa dan keceriaan.

Tidakkah kau akan mengakhiri masa lajangmu, masa terikatmu dan mulai menggantungkan diripada orang lain?