Sabtu, 30 Juli 2011

Gajah dan Semut - Be Positive


Hati manusia, sebuah elemen yang rumit. Kita tidak akan pernah benar-benar tahu apa yang ada di dalamnya. Melalui mata, kita mencoba untuk menyelami hati, namun mata hanya memancarkan sebagaian saja. Tingkah laku, ucapan, perbuatan, dan ekspresi wajah pun juga tidak dapat memberitahukan secara gamblang apa yang ada di dalam hati seseorang. Ucapan dengan sumpah pun, yang disertai senyum manis dan tatapan bersahabat, terkadang menyimpan rahasia. Hati dan perasaan seseorang adalah sebuah misteri.
Hati, pada kodratnya adalah zat yang akan menuntun kita pada kebaikan, pada ketentraman, dan pada kebijakan. Dan kemudian pikiran membantu kita menganalisa dengan analogi.

Terkadang saya heran, mengapa kesalahan atau kekurangan orang lain tampak begitu jelas sedang kesalahan sendiri kadang terabaikan bahkan terlupakan. 
Gajah di pelupuk mata tak tampak, semut di seberang lautan tampak
Apa penyebab dari hal tersebut?  Apakah yang cenderung berperan disini adalah hati dan perasaan ataukah pikiran?


Di kelas, beberapa dosen menyatakan bahwa kementerian keuangan adalah kementerian yang paling bagus kinerjanya. Kementerian keuangan adalah kementerian dengan program kerja yang  “jelas” dibandng kementerian lainnya. Kementerian Keuangan adalah kementerian yang SOP-nya runut dan diatur dengan jelas. Saya menerima apa yang mereka katakan, namun soal percaya atau tidak, itu urusan belakangan. Toh, saya belum membuktikannya dengan tangan sendiri.

Seorang teman juga mengatakan bahwa menurut apa yang pernah didengar dan dibacanya, kementerian keuangan adalah kementerian yang kinerjanya terbaik. Namun, banyak orang yang menjelek-jelekkan kementerian keuangan. Korup! Itu kata mereka.

Menurut yang pernah saya baca, Departemen agama memegang posisi terkorup di Indonesia. Mengapa? Kok bisa? Bukankah para pegawai di Depag seharusnya adalah orang-orang beragama?

Tengok saja uang haji di Indonesia. Animo naik haji dari rakyat Indonesia per tahun sangatlah besar. Mereka sangat antusias. Bahkan, untuk menunggu giliran haji pun perlu bertahun-tahun. Perlu diketahui bahwa tarif untuk haji di Indonesia sangatlah mahal dibanding negara lain. Namun, apa yang didapatkan oleh mereka yang pergi haji? Penginapan yang tidak terlalu bagus, makanan yang kurang, dan jarak yang jauh dari pusat ibadah. Well, uang sebanyak itu, mengalir kemana?

Kementerian terkorup disusul oleh kepolisian dan hukum. Saya tidak tahu mengapa mereka bisa menjadi kementerian lembaga terkorup. Yang saya tahu, banyak orang yang tidak suka pada kinerja mereka. Polisi yang rajin mencari “tambahan” atau hakim yang menerima “amplop”

Kembali ke cerita kementerian keuangan.

Salah seorang teman saya yang lain mengatakan. Kementerian keuangan mempunyai terlalu banyak PNS dengan aturan pensiun yang tidak jelas. Ia juga mengatakan beberapa fakta jelek lain tentaang kementerian keuangan. Ia bisa dengan jelas memaparkan keunggulan calon instansinya dan memaparkan dengan sangat jelas kementerian keuangan.

Di sisi lain, teman-teman saya disini dapat dengan mudah memaparkan seluruh prestasi kerja dari kementerian keuangan dan memaparkan kekurangan dari kementerian lain.

Jelas. Gajah di pelupuk mata tampak, semut di seberang lautan tampak.

Saya tidak mengatakan bahwa semua orang seperti itu. Ada juga beberapa yang menilai dengan objektif, kekurangan dan kelebihan masing-masing. Toh, tidak ada satu pun di dunia ini yang sempurna.

Saya rasa, semua itu hanyalah masalah sudut pandang. 

Dimana kita berada, maka kita akan cenderung memihak. Apa yang biasa kita dengar, kita lihat, akan mengendap perlahan-lahan dalam hati dan menjadi sebuah keyakinan. Terdoktrin oleh lingkungan, mungkin itulah penyebabnya.

Fenomena gajah dan semut itu, tak luput terjadi pada saya. Terkadang dalam benak saya berkelibat pikiran-pikiran jelek, asumsi yang salah, atau perkiraan yang buruk tentang orang lain. Apa yang saya lakukan? Saya tidak akan mengatakannya apda orang lain. Saya tidak mau opini saya yang tanpa bukti dan fakta yang jelas itu mendoktrin orang lain. Cara termudah untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan mematikan bisikan-bisikan tersebut. Yakinkan pada diri sendiri, jangan mudah percaya jika belum menemukan faktanya. Perkiraan mungkin bisa saja benar, namun banyak juga yang salah.

So, positif tingkinglah pada orang lainJ

0 komentar:

Posting Komentar