Sabtu, 11 Mei 2013

Beda

Teruntuk kamu yang di sana. semoga kamu bisa menggapai apa yang kamu harapkan: membahagiakan ia walau hanya sementara. Walau terkadang aku masih merasa menjadi korban atas persona yang kalian kenakan, dan hanya aku yang menjadi saksi bisu atas luluhnya sebuah janji.

Ya, kau bilang aku yang paling mengenalmu, dan kau butuh pendapatku. Lantas apa?

Akankah kata-kataku berarti?
toh tajamnya cinta telah menusuk matamu hingga kau buta dan tak dapat lagi melihat jelas, mana hitam, mana putih, mana  yin dan mana yang.

Aku tidak akan melakukan apapun: menghalangi kalian, menasehatimu, atau membiarkan keluargamu tahu. Toh, tanpa ayah ibumu tahu pun, kalian berdua telah didera kegelisahan tanpa batas. Kegelisahan yang hanya dapat diredam sementara, namun setiap saat kegelisahaan itu dapat muncul menghantui malam-malam kalian. Ya, kau sendiri yang bilang: kalian sudah tahu sejak awal.

Di dalam hati ini hanya satu nama
Yang ada di tulus hati ku ingini
Kesetiaan yang indah takkan tertandingi
Hanyalah dirimu satu peri cintaku
Benteng begitu tinggi sulit untuk ku gapai

Aku untuk kamu, kamu untuk aku
Namun semua apa mungkin iman kita yang berbeda
Tuhan memang satu, kita yang tak sama
Haruskah aku lantas pergi meski cinta takkan bisa pergi

Benteng begitu tinggi sulit untuk ku gapai

Aku untuk kamu, kamu untuk aku
Namun semua apa mungkin iman kita yang berbeda
Tuhan memang satu, kita yang tak sama
Haruskah aku lantas pergi meski cinta takkan bisa pergi

Bukankah cinta anugerah berikan aku kesempatan
Tuk menjaganya sepenuh jiwa oooh

(aku untuk kamu, kamu untuk aku
Namun semua apa mungkin iman kita yang berbeda)

Tuhan memang satu, kita yang tak sama
Haruskah aku lantas pergi meski cinta takkan bisa pergi

(aku untuk kamu, kamu untuk aku
Namun semua apa mungkin iman kita yang berbeda)
Tuhan memang satu, kita yang tak sama
Haruskah aku lantas pergi meski cinta takkan bisa pergi



Aku juga tidak akan menghalangi kalian, paling hanya mengeluh kesahkan bibit permainan yang selama ini kalian tanam dan kini telah tumbuh meranum siap dipanen. Bukankah dulu kau selalu bilang, itu adalah hal paling mustahil di dunia ini? Bukankah seharusnya kau belajar dari kisah antara dia dan dirinya.

Ah, kau. Seharusnya kau belajar agar kau tidak tertelan keadaan. Agar kau tidak terlena dalam buaian hingga bagaikan menelan lagi kata-kata yang terlanjur dimuntahkan. Juga agar kau tak merasa bagai memakan buah simalakama. Karena sekarang, telah terlambat segala upaya.  Kini, sudah terlambat untuk berbalik lagi, pohon itu telah tumbuh terlalu tinggi. Kau ingin memeliharanya, hingga tiba saat yang tepat untuk menebangnya. Agar dapat menwujudkan harapannya: bahagia, walau hanya sementara. Tapi kau juga tahu, jika pohon itu terus kau pelihara, suatu saat kau akan terlalu lemah untuk menebangnya.

Kau, kurasa, kelak, tidak akan mampu melakukannya.

Oh, padahal dulu aku pernah menyayangimu. Padahal dulu, aku mempercayai ia. Padahal dulu, aku juga menyukai dia seperti kau menyukainya. Baiklah. Semoga kebahagiaan menyertai kalian semua :)
Kau dan ia. Dia, juga dirinya.

Sebuah persembahan untuk kalian berempat..Walau terasa agak sepat dan jahat, hanya ini yang dapat kudendangkan tanpa harus bersua dengan kalian.




0 komentar:

Posting Komentar