Jumat, 17 Mei 2013

Lelah

Ibu
Aku lelah terus menerus begini. Aku lelah terus menerus menari mengalir seirama aliran sungai. Aku lelah harus mengikuti kemana aliran membawaku pergi. Padahal, kata dedaunan yang dulu menggantung kokoh di pepohonan depan rumah kita, jatuh dan terbawa aliran sungai adalah hal termudah dan terindah.

Tapi ibu,
Mengapa aku lelah?

Aku lelah harus terus menerus menyamakan irama dan bilangan frekuensi yang setiap waktu berubah tak beraturan bagai pergerakan atom. Aku bosan dan otakku terasa mampet. Otot-otot ligamenku pun enggan kuperintah untuk bergerak.

Oh Ibu,
Kau tahu aku selalu ingin seperti dulu, menjadi burung yang dapat terbang bebas kemana pun kedua sayapku ingin berkelana. Dulu kau bilang, kau selalu suka melihatku melayang bermanuver menukik di udara dan menakuti burung-burung lain. Tapi ibu, kini aku harus mengkuti kemana aliran ini membawaku.

Ibu,
Aku tidak dapat mengepakkan sayapku lagi, ia mulai menipis dan menghilang.  Kini aku tak bisa lagi memberimu sebuah pertunjukan indah seperti dulu.

Ibu,
Aku tak bisa terbang lagi. Kedua sayapku hilang.

0 komentar:

Posting Komentar