Kamis, 19 Juni 2014

Buku-buku yang Memanggil

Pernah enggak, merasa dipanggil oleh sebuah buku? Kamu nggak kenal buku itu, belum pernah mendengar orang lain ngomongin, dan kalau dilihat dari covernya, beuuuh, cover itu nggak-kamu-banget. Namun, entah mengapa, kamu tiba-tiba merasa terpanggil untuk membelinya. Aneh bukan?

Aku pernah.

Ada beberapa buku asing yang memanggilku. Sebelumnya aku nggak pernah baca ulasan tentang buku itu, tak pernah mendengar teman menceritakannya, juga tak direkomendasikan oleh siapa pun. Ketika berjalan-jalan di toko buku atau pameran, well, tiba-tiba saja buku itu memanggil.

"Hei, sobat. Aku tak setenar Harry Potter, Lord of The Ring, atau Supernova. Tapi kau tak akan menyesal membeliku." Mungkin begitu yang akan ia ucapkan kalau bisa berbicara.

Menjawab rasa heranku, seorang teman bilang, kita biasanya akan terpanggil oleh buku yang berfrekuensi sama dengan jiwa kita.

Kadang aku bersyukur karena lebih sering menggunakan panggilan-panggilan jiwa buku ketimbang rutin membaca sinopsis. Bisa dibayangkan, kalau rajin kepo di Goodreads atau blog resensi buku, pasti aku bakal kalap beli buku karena mengira semua buku itu bagus. Bagaimana pun juga, opini si resensor akan memengaruhi, kan?

Buku pertama yang memanggilku dengan kuatnya adalah Bartimaeus Trilogy: Amulet of Samarkand. Buku ini covernya sangat iuuh, bergambar makhluk seram yang sama sekali nggak imut, bukan-gue-banget lah kalau istilah anak muda zaman sekarang. Dan setelah dibaca, aku benar-benar tenggelam ke dalamnya dan cinta mati sama karakternya. Aku pun membeli buku kedua, ketiga, dan bahkan sekuelnya. Well, hanya sedikit teman yang tahu tentang Bartimaeus ini, di antaranya adalah Santi, yang tertarik stelah kupinjami, dan Pandu yang tiba-tiba nyaut ketika aku update status di FB. Dan Khabib.

Imut-imut, eh?

Yang kedua adalah Existere karya Sinta Yudisia. Sebelumnya, seperti apa itu Existere atau siapa Sinta Yudisia, aku belum pernah tahu (oke, mungin aku terlalu kuper). Tapi, wah, setelah membacanya, kepuasan tiada tara menyelimuti perasaan dan pikiran ini! Benar-benar membuka mata. Genre buku ini juga sangat berbeda dengan buku-buku yang sering kubeli loh.



Yang ketiga ialah Ring of Fire, sebuah catatan perjalanan dua orang asing di pedalaman-pedalaman Indonesia. Aku juga belum pernah dengar tentang buku itu--meski ternyata perjalanan dua orang asing itu telah difilmkan di BBC. Saat melihatnya di pameran, tiba-tiba buku itu memanggil agar aku menghampiri. Dan aku pun membelinya. Lagi-lagi, genre buku ini juga tidak sama dengan dua buku di atas.



Yang terakhir, Manusia Langit. Entah apa yang memanggil--cerita atau harga--aku pun membelinya. Dan, wao, banyak hal yang kupelajari dari buku itu. Budaya. Antropologi. Meski, yah, endingnya agak dipaksakan.



Jangan takut makan enak. Buku ini buku kesehatan. Hehe. Covernya juga biasa saja: hijau polos dengan tulisan JANGAN TAKUT MAKAN ENAK besar-besar. Tapi sukaaa banget bacanya.



Pernah mendengar keempat buku tadi? Yah, memang tidak terlalu terkenal sih... (Atau mungkin aku yang cupu karena setengah-setengah cari informasi, hehe)

Selain empat buku tadi, ada juga beberapa buku lain yang memanggil saya tapi tak terdengar terlalu kuat. Misalnya Skulduggery Pleasant, Kereta tidur (kumcer), 100 Resep Sederhana Orang-orang Bahagia, Balance Your Life Balance Your Hormon, Catatan Harian Seorang Mafia Pajak, Topi Selebar Langit (Terry Prachet), Amba, Wizard of Earthsea, City of Ember (sebelum difilmkan), Mitos dan Fakta Kesehatan, Beyond the Deepwoods, Knife, The Alchemist and The Angel,.... Ups, kalau disebutkan semua, bisa-bisa saya menyebutkan hampir semua koleksi novel di rak buku saya dong :p

Juga ada beberapa buku yang memanggil tapi saya urung membelinya hingga kini hanya sesal yang ada. Misalnya Cantik Itu Luka (Eka Kurniawan), ini yang paling nyesek banget karena sekarang susah dicari.

Pernah nggak, merasa terpanggil oleh sebuah buku dan kemudian menyesal?
Pernah!

Sebenarnya lebih tepatnya saya merasa terpanggil oleh covernya. Waktu itu saya sedang berjalan-jalan di toko buku. Tiba-tiba pandangan saya diusik oleh peri di sebuah sampul buku. Cantik dan elegan! Itu selera saya banget, peri yang cantik dan misterius! Tapi saya tidak serta merta membelinya. Pada kesempatan lain, dengan tidak terlalu yakin, saya pun membelinya. Ah, ternyata saya kecewa. Frekuensi kami, saya dan buku itu, ternyata berbeda :(

Nah, mungkin pepatah bijak yang mengatakan "don't judge a book by its cover" itu memang perlu diingat setiap saat.

0 komentar:

Posting Komentar