Kamis, 12 Juni 2014

Mitos

Yang namanya mitos, adalah sesuatu yang tidak ada tetapi diada-adakan. 


Misalnya, meludahi sumur bisa membuat bibir jadi sumbing. Itu katanya. Padahal, coba saja. Tidak akan bibirmu jadi sumbing hanya karena meludahi sumur. Ya, kan? 

Misalnya lagi, menduduki bantal bisa membuat pantat jadi bisul. Kalau dilihat dari ilmu kesehatan, engggak ada tuh mikroorganisme di bantal yang memicu bisulan. Nah lho. 

Yang tidak ada tapi diada-adakan. Itulah mitos.

Pernah dengar netralitas media? Ya, yang katanya media seharusnya tidak memihak dan bersikap netral. Itu juga cuma mitos. Menurut saya aja sih. Nggak ada yang namanya netralitas media.

Media, kalau itu memang benar media yang hidup, pasti ada kecenderungan ke mana arah pemberitaan. Bisa jadi kepentingan umum, kepentingan masyarakat, kepentingan mahasiswa, pemerintah, atau ilmu pengetahuan sekali pun.

Misalnya waktu kuliah. Ada dua pers di kampus, satu milik BEM, satu independen. Pers milik BEM ini tentu akan membuat berita-berita yang positif tentang BEM. Sedang yang satunya, dia berlaku sebagai watch dog alias pengamat. Kalau pemenrintahan BEM jelek, ya bilang jelek. Kalau bagus, ya bilang bagus. ralKalau jelek tapi bagus, ya bilang jelek tapi bagus. Beda sama yang satunya.

Nah, apakah pers kedua tadi netral? Enggak juga. Apakah dia independen? Enggak juga.

Konon pers kedua ini hidup karena dapat kucuran dana dari mahasiswa--meski banyak dari mahasiswa itu yang enggak sadar kalau mereka ikut mengucurkan dana. Nah, otomatis, ketika terjadi sebuah peristiwa, pers itu akan memihak pada kepentingan mahasiswa. Yang perlu diketahui mahasiswa, yang ingin diketahui mahasiswa, atau yang berguna bagi mahasiswa.

Tapi, karena ranahnya mahasiswa, maka bagi para mahasiswa di kampus saya, pers kedua terlihat lebih netral. Ya karena mahasiswa itu mayoritas dan pemegang kekuasaan itu cuma segelintir orang saja. Pers yang memihak pada mereka akan terlihat seolah netral. Lain halnya dengan pers yang memihak pada kekuasaan tertentu. Karena yang dipilihnya adalah minoritas, maka terlihat seolah tidak netral.

Masalah perspektif saja, sebenarnya.

Eh, tapi, ini bukan tentang kepenulisan lho... Misalnya agar suatu berita terlihat netral, harus dibuat dari dua sisi berbeda. Bukan! Ini tentang kecondongan pemberitaan media itu. 

Sudah ah, meracaunya. Ini semakin enggak jelas saja.

0 komentar:

Posting Komentar