Senin, 05 November 2012

Nafas

Maaf. 
Sudah dua bulan ini aku mengabaikanmu. Bahkan sejenak memberi nafas pun enggan. Hanya sesekali menjenguk halaman rumahmu. Sepi, tentu saja. Hanya satu dua yang mampir berkunjung. Namamu, mungkin mulai membersar berdengung di antara para pesaingmu. Namun, nama dunia yang kau geluti jutaan kali lebih besar dibanding tingkatan yang saat ini kau peroleh.

Maaf jika tangga gemilang yang dulu nyaris kau capai, kelak harus kau ulangi lagi dari awal. Maaf. Maaf. Padahal, namamulah yang membesarkan dan memberiku penghidupan.


Aku hanya ingin melupakannya. Karena tanpa bisa kupungkiri, sinar cemerlang yang selama ini kugunakan untuk menyusupkan setitik nafas ke dalam jiwamu, adalah bayangannya. Sekuat apapun aku mencoba menciptakan hembusan itu dengan sari pati jiwaku, tak akan seperkasa hembusan yang tercipta dari bayangannya. 
Namun kau tahu kan, aku ingin melupakannya. Sangat. 

Maaf.

Maaf.

Kelak, aku akan menggantikan bayangannya, dengan sumber lain yang lebih nyata. Saat ini, aku hanya belum menemukannya. Belum. 
ORang bilang, bintang yang sama tidak akan hadir dua kali. Namun aku yakin, aku pasti akan menemukan bintang yang lebih terang.

0 komentar:

Posting Komentar