Kamis, 20 Oktober 2011

Aina


Aina

Tiba-tiba namamu muncul lagi dalam ingatanku.. Sebuah kenangan akan masa kecilku yang diselimuti kabut kelabu. Kenangan ketika tiba-tiba saja kau datang dan menorehkan warna dalam hidupku.

Kau adalah orang pertama yang selalu kuinginkan ada di dekatku. Aku tidak ingin kau pergi dari tempat itu. Aku berharap kau ada, walaupun kau harus merebut posisiku, aku rela. Aku rela berbagi, kau cemerlang. Aku tahu itu. Kau Spesial.


Dan aku menyangkan kenapa si anak jahat itu menyiksa dan menjahili adikmu. Kau bilang kau betah disana, iya kan? Kau bilang kau betah, kerasan. Tapi kau tidak bisa meninggalkan adikmu.

Aku percaya ceritamu kala itu. Aku senang kau percaya padaku. Aku senang kau mau menceritakannya padaku dan Ovin. Dan aku senang ketika kau bilang aku adalah anak yang baik. Aku tahu kala itu kau menyimpan sebuah keraguan, kau tahu aku menyimpan sedikit iblis dalam diriku. Kau tahu. Namun kau bilang aku adalah orang baik. Terima kasih Aina.. Setidaknya itu benar-benar membuatku menjadi orang yang baik.

Aku Tidak tahu dimana sekarang kau berada. Kau memberiku sesuatu sebelum kau pergi kala itu. Sebuah kunci. Entah nomor, entah sebuah kalimat. Aku menyesalkan kenapa benda dalam kepalaku ini tidak cukup sempurna untuk mengingatnya. Aku tidak bisa mengingat kunci itu.

Kunci itu, aku tahu dulu aku belum paham. Tapi kau bilang di masa yang akan datang aku akan mengetahuinya. Kini aku tahu, namun aku lupa. Nomor itu.. Maaf, aku tidak bisa mengingatnya. Bahkan setahun atau dua tahun setelah kepergianmu, sepertinya aku masih mengingatnya. Aku tidak tahu kapan aku kehilangan kata-kata itu.

Aina, aku tidak bisa menemukanmu..
Tolong temukan aku, tolong....

Maafkan aku tentang janji itu. Maafkan kepercayaanku yang sempat kabur.

Temukan aku..
Aina.

0 komentar:

Posting Komentar