Minggu, 17 Juni 2012

Mungkin


by lp dragonfly on deviant art
Partikel debu mengudara dengan riang. Menari dan siap memasuki rongga hidungmu, berbenturan satu sama lain, dan berebutan siapa yang terlebih dahulu mencapai ujung diafraghma. Namun kau, seperti juga aku, tidak akan membiarkan mereka masuk begitu saja. Segera antibodimu merespon dengan bersin sekeras kakek-kakek. Sedang aku, entah karena responku terlalu bagus atau terlalu jelek, tidak bersin-bersin, tidak juga muntah-muntah. Cuma seketika menahan nafas.

“Kau tahu, waktu di ruangan ini seolah membeku,” katamu.

 “Lihat jam itu. Tetap berderak walaupun tak lagi berdetak. Jam empat, mungkin ruangan ini dikutuk oleh pemiliknya tepat pada pukul empat, ketika ia akan pergi meninggalkalkan rungan ini. Mungkin, antara rela dan tak rela. Ia telah menghuni dan menjaga rumah kecil ini selama ia di sini. Setiap kita memasuki ruangan ini, kita selalu kembali ke pukul empat masa itu. Ketika ia meninggalkan tempat ini. Lihatlah keluar, melalui jendela di ujung sana”

“mendung?” kataku terheran-heran.

“Kau lihat sendiri kan, langit luar yang mendung? Padahal sebelum kita masuk, udara sangat panas bak berada di panggangan. Langit pun tak sedang dalam kondisi berduka. Ia  biru, bersih, dan terang.

“Ia mengabadikan momen ini. Dimana kepedihan,

kesedihan, dan perasaaan tak relanya mengumpul membuncah menjadi satu. Ia tak rela waktu di ruang ini berubah. Ia mencintai momen-momennya bersama ruangan ini. Ia terlalu lama berada di sini. Berbagi kebahagiaan dengan hentakan waktu di dinding, berbagi kesenangan dengan lukisan di ujung sana, dan berbagi tawa dengan seluruh molekul udara di segala penjuru. Terkadang ia juga meratapi kesendiriannya dengan berkeluh pada cahaya yang menerobos masuk. Ia berbagi kesedihannya pada aliran waktu yang kebetulan mengalir lewat. Ia dan semua bagian dari ruangan ini, telah menyatu sejak lama.”


 “Bagaimana mungkin kau bisa tahu semua itu?” tanyaku terheran-heran. Antara percaya dan tak percaya, bagaimana mungkin di tahun 2012 ini, di zaman yang semuanya serba modern, ada hal-hal klenik macam kutukan waktu seperti itu. “Apa dasarnya?”

“Tentu saja aku tahu,” jawabmu singkat.

Lama. Mungkin beberapa jam telah berlalu. Aku dan kau sama-sama terdiam. Aku dan kau sama-sama menikmati kelembaman mutlak akan besaran waktu yang hanya dapat dijumpai di ruangan ini. Terlepas dari paranoia karena kejaran hantu deadline yang tiap malam menggentayangi hingga mimpi lapis kedua. Terlepas dari kejaran langkah kakinya yang kian hari kian cepat, memburu penuh emosi.

Lama. Mungkin satu hari telah berlalu. Kau dan aku sama-sama teridiam. Sejenak mengambil nafas dan kabur dari dunia di luar sana yang selalu megejar tanpa kenal ampun. Sejenak ingin merasakan nafas lega, yang tak akan pernah didapat dengan mudah di luar ruangan ini. 

Lama. Kemudian aku memandangmu.

“Mungkin sih,” katamu akhirnya.
******
Kemudian kau dan aku keluar, jam di dinding ruang tengah masih menunjukkan sebelas. Tepat pada waktu ketika kita memasuki ruangan itu.

Bengkel 17 Juni 2012, 

setelah aku dan Novia sholat di mantan kamarnya Manajer Art Center.
Rumah yang sebentar lagi ditinggalkan, menuju ke paviliun dengan banyak jendela :D

0 komentar:

Posting Komentar