Selasa, 11 Maret 2014

Mendua


"Heran deh, kok bisa orang itu mengkhianati istrinya? Padahal mereka sudah hidup bersama selama bertahun-tahun. Membangun rumah tangga dari nol."

"Kok ada ya, orang setega itu?"

Begitulah komentar-komentar yang kerap diutarakan ketika menemui kasus perselingkuhan. Si terdakwa alias pelaku selingkuh dianggap jahat, tidah tahu diri, tidak berperikemanusiaan, pokoknya setara penghuni hotel prodeo. Cacian, makian, dan serapah pun dikeluarkan, berharap agar orang yang selingkuh mendapat ganjaran setimpal.

Dan sepertinya itu juga terjadi padaku. Bukan, bukan aku yang diselingkuhi. Akulah yang menyelingkuhi.

Ia adalah kekasih pertamaku di dunia maya. Jauh sebelum Facebook populer, jauh sebelum twitter muncul, aku telah lama menjalin hubungan dengan ia. Berbagai kisah kubeberkan, berbagai kenangan kuabadikan, dan berbagai prestasi kutorehkan bersamanya.

Ketika anak lain asik memilih foto-foto dan tulisan berwarna-warni untuk dijadikan penghias halaman Friendster, aku justru asik mencari-cari gambar bernuansa artistik. Ketika anak lain sibuk merangkai kata untuk dijadikan status di Facebook, aku asik berbincang dengannya. Ketika anak lain asik berkicau di Twitter, aku justru asik mempercantik penampilannya.

Ah tapi, ternyata aku sama saja dengan mereka, para pria yang menyelingkuhi istrinya, atau para istri yang menduakan suaminya. Aku tak tahan godaan, Aku adalah orang yang mudah mendua.

Tahun 2010, tak lama setelah upacara kelulusan SMA dihelat, aku berkenalan dengan si huruf F. Sejak lama teman-temanku telah berkenalan dengan si F, namun aku selalu menghindar karena tidak ingin aktivitasku terganggu. Tapi akhirnya aku berkenalan juga dengannya. Toh, ini kan agar aku tak kehilangan komunikasi dengan teman-temanku setelah kami berpisah nanti.

Dan tak lama, aku pun asik merangkai kata untuk diunggah sebagai status. Kadang alay, kadang labil, kadang juga puitis. Aku sadar, aku mulai menduakan ia meski terkadang masih menyempatkan diri bercakap dengannya.

Dua tahun berselang, aku mulai berkenalan dengan si burung ceriwis berwarna biru muda. Padahal, dulu aku menolak mati-matian berkenalan dengannya. Menganggap ocehan dengannya hanyalah kalimat dangkal, pendek, atau kalimat duplikat.

Tapi toh, tak lama kemudian aku semakin asik menjalin hubungan dengannya. Memang, lebih mudah untuk bercerita pada si T ini. Tak perlu paragraf padu nan indah, cukup satu kalimat pendek berkarakter 140 huruf. Jika malas menguntai kata, tinggal retweet saja kata-kata atau gagasan orang lain.

Aku mulai menigakan ia yang pertama.

Lalu aku berkenalan dengan Deviant Art, Google Plus, dan Tumblr. Aku lupa dengan siapa terlebih dahulu hubungan mulai kurajut. Mungkin, karena banyaknya hubungan yang kujalani. Kalau di dunia nyata, ini tak beda dengan seorang playboy atau play girl.

Untungnya ini tak sama dengan hubungan percintaan di dunia nyata. Meski di dunia maya menjalin ikatan dengan berbagai macam media sosial, di dunia nyata, aku hanyalah aku.

Maafkan aku rumahku. Sungguh aku ini tak tahu diri. Datang, pergi, lama tak kembali, dan kemudian datang lagi sesuka hati.

0 komentar:

Posting Komentar