Minggu, 30 Maret 2014

Pemilu: Di Balik Tradisi Konvoi Kampanye

(Foto: Solo Blitz)
(Bukan berarti saya ada apa-apa dengan partai merah ini lho ya)
Mendekati pemilihan umum alias pemilu, konvoi motor alias kampanya menjadi hal yang tidak jarang ditemui kala bepergian. Beramai-ramai mereka mengendarai motor, mengenakan atribut mencolok ala partai masing-masing, dan tak jarang, memainkan mesin motor (diblong) hingga mengeluarkan suara keras nan mengganggu. Istilah jawanya 'mblayer'

Sungguh mengganggu perjalanan, atau setidaknya itu pendapat saya. Pasalnya mereka sering sekali menimbulkan kemacetan. Sudah bising, kadang anarkis, bikin macet pula. Siapa yang bakal simpati?

Saya rasa mereka pun, yang ikut-ikutan konvoi itu, sebenarnya paham kalau rasa simpati masyarakat tak akan timbul dari konvoi bin 'mblayer-mblayer' tak jelas itu. Yah, setidaknya mereka yang mengenyam pendidikan seharusnya sadar.

Siapa sih yang suka dihambat rombongan konvoi berisik ketika sedang terburu-buru bertemu klien? Siapa sih yang mau perjalanan berobat ke rumah sakit dihambat rombongan orang-orang yang 'mblayer-mblayer' nggak jelas? Atau, siapa sih, yang ingin jalanan yang biasanya sudah cukup ramai harus semakin dipenuhi rombongan orang berpakaian mencolok yang berkendara lambat-lambat nan berisik?

Yang suka, silakan angkat tangan. Saya sih, tidak akan.

Lah, lantas mengapa mereka masih juga berkonvoi tak jelas? Bukankah seharusnya mereka tahu bahwa masyarakat tidak akan lantas mencoblos partai mereka karena 'tersentuh' melihat konvoi beramai-ramai yang super berisik itu?

Saya bukan pakar psikologi atau pakar politik yang ahli masalah kejiwaan. Tapi menurut saya, mungkin orang-orang itu hanya butuh ajang saja untuk menyalurkan hasrat mereka.

'Hasrat'? Ya, hasrat. Hasrat untuk berkumpul-kumpul, beramai-ramai, membuat kegaduhan.

Selain masa kampanye, tak ada lagi even yang bisa mewadahi hasrat ini. Kapan lagi coba, bisa berkumpul-kumpul membuat kebisingan di jalan tanpa ditegur atau ditindak polisi? Setelah pengumuman kelulusan ujian SMA atau SMP? Pasti akan segera ditenangkan oleh pihak berwajib.

Ya, kapan lagi kalau bukan di masa-masa mendekati Pemilu ini. Hanya orang tidak waras yang sudi mblayer-mblayer di jalan, sendirian, saat tak ada even apa pun. Malu, dan pasti akan mendapat protes keras dari pengguna jalan yang lain. Tapi  tentu beda  kan, kalau beramai-ramai?

Semoga tradisi konvoi 'mblayer-mlayer ini tidak terus berlanjut.

0 komentar:

Posting Komentar