Selasa, 25 Maret 2014

Pura-Pura Melarat

"Iya, ke kantor naik motor aja. Kan bensin yg dikeluarin juga nggak seberapa, cuma sedikit," ujar mbak kost pagi tadi, menanggapi ucapanku sebelumnya.

"Aku ke kantor naik sepeda bukan karena biar irit bensin mbak, tapi biar sekalian olahraga,"

"oh iya. Benar juga ya," jawabnya lagi.

Saya akui, saya memang terkadang bertingkah seperti orang melarat.

Setiap Senin dan Kamis, saya sering puasa. Lalu hari Selasa, Rabu, dan Jumat saya biasa mengendarai sepeda ke kantor. Saya kerap membawa bekal makan sendiri. Kalaupun membeli makan di luar, saya hanya mau tempe, tahu, dan terkadang ikan atau telur.

Tidak pernah membeli ayam? Ya.

Bukankah saya terlihat seperti orang yang sangat kere? Bahkan buruh pun sesekali makan dengan daging ayam. Sedang saya, seringnya hanya melahap tahu atau tempe.

Sebenarnya uang saya lebih dari cukup untuk membeli ayam atau daging merah. Tapi saya memang memutuskan untuk mengurangi protein hewani, lebih memilih protein nabati, untuk alasan kesehatan. Kalaupun protein hewani, saya lebih memilih ikan laut.Terkadang saya makan daging kambing atau sapi. Terkadang juga saya makan daging ayam, hanya ayam kampung.

Saya diberi sepeda motor oleh orangtua. Tapi saya lebih memilih bersepeda ke kantor. Alasannya? Lagi-lagi kesehatan.

Mungkin akan banyak orang yang berkomentar. "Ah ribet amat sih, mau sehat aja kok susah."

Saya sih, tidak akan menyalahkan anggapan itu. Pasalnya memang banyak orang tidak tahu, bahwa sehat terkadang tidak mudah, bahwa terkadang sehat itu tidak selamanya hidup enak.

Garam dan gula. Siapa yang tahu kalau dua zat yang umum ditambahkan ke dalam masakan itu dapat menimbulkan bahaya jika dikonsumsi berlebih? Diabetes, obesitas, darah tinggi, dan percepatan penuaan.

Siapa yang tahu bahwa duduk sepanjang hari, yang terasa nyaman dan santai, memperbesar peluang cacat dan penyakit di kala usia menginjak senja.

Siapa yang tahu bahwa makanan yang terasa nikmat--seperti gorengan, mi instan, burger, pizza, ayam goreng--ternyata dapat meningkatkan kolesterol atau menyebabkan pengapuran pembuluh darah.

Siapa yang tahu? Siapa yang peduli? Kalaupun tah, makan enak dan hidup nyaman tentu lebih penting.
Pantas saja banyak orang masa kini yang terserang penyakit jantung, penyakit yang dulu hanya diderita orang-orang kaya saja.

Pantas saja kini diabetes menjamur, orang tak lagi peduli jumlah asupan kalori yang masuk atau keluar. Yang penting hidup nyaman.

Salah seorang kawan memposting foto. Dalam foto itu ia sedang meikmati semangkuk es krim yang membumbung tinggi. Kata ia, "sehat itu adalah ketika kamu bisa makan apa saja yang kamu mau."

Dalam hati saya melengos. Juga tertawa.

Iya, bisa makan apa saja memang indikator bahwa tubuh kita sehat dan berfungsi sebagaimana mestinya. Tapi kalau terus menuruti selera, suatu saat tubuh akan kehilangan kemampuan mendetoksifikasi diri, racun akan menumpuk, dan akhirnya kita tak bisa lagi meraup segala yang kita inginkan.

Batasi diri sekarang juga, sebelum suatu saat penyakit membatasimu. Itu yang saya pelajari selama menulis berbagai artikel keaehatan di detikHealth.

0 komentar:

Posting Komentar