Kamis, 10 Mei 2012

#19 Sudah Lahir!

Civitas #19


Konon katanya, ada seorang mahasiswa STAN yang entah bagaimana dia ter-DO. Si mahasiswa ini mungkin karena saking frustasinya, akhirnya memutuskan untuk bunuh diri. Namun tampkanya keputusan si mahasiswa naas ini untuk mengakhiri hidupnya dalam usia belia bukanlah keputusan yang tepat. Meninggal di usia yang masih belia, ia memang tidak meninggalkan anak dan istri untuk dinafkahi *jelas lah, kan di STAN nggak boleh nikah*. Namun ternyata ada sosok lain yang ditinggalkannya, yakni sebuah Honda keluaran 2003miliknya.

Entah bagaimana, konon si motor milik mahasiswa itu tidak mau dipindahkan. Motor itu terus berada di parkir kampus, bertahun-tahun hingga usang dan berdebu. Tidak ada seorang pun yang berani memindahkannya karena konon, jika dipindahkan ia akan kembali ke posisi semula. Tidak ada yang tahu mengapa motor tua itu tetap berada di situ. Apakah arwah si mahasiswa yang belum tenang itu merasuki motornya? Ataukah si motor merasa sedih karena ditinggalkan tuannya?



******

Pagi ini aku berangkat ke kampus seperti biasa, masih berjalan kaki karena si Setiphen masih di tergolek bengkel. Setibanya di bibir Gang Sarmili aku melihat sosok-sosok mereka, teman-teman mabeng, Salsa, Kiki, dan Icha. Ketiganya tampak tergopoh-gopoh membawa sesuatu, tabloid yang baru! *Oke, sebenernya yang keliatan rempong banget Cuma Icha soalnya Salsa bawa sepeda*

“Chak, aku mau bantu bawa”
Tapi si Icha malah terlihat keberatan. “Akuudah ditunggu temenku e..” katanya
Sepertinya ia salah mendengar perkataanku dan mengira kalau aku ingin meminta satu tabloid.
“Aku mau bantu bawa..” kataku lagi.
“Oooh..”
*tapi akhirnya tetep nggak jadi bantu mbawain*

Sebenernya ada satu sosok lagi, yang terlihat paling rempong. Si cowok ini dari jauh terlihat seperti sedang membawa belanjaan yang super duper banyak dengan sebuah kantong kertas coklat. Entah apa isinya, mungkin roti, sayur mayur, dan sabun. Lalu aku tersadar, ini di Indonesia, bukan di luar negeri. Mungkin di luar negeri supermarket-supermarket menggunakan kantong kertas sebagai pembungkus belanjaan, tapi di Indonesia, kita masih menggunakan tas kresek.

Dan setelah jarak diantara aku dan si cowok rempong sudah tidak begitu jauh, aku mulai menangkap bayangan wajahnya. Itu si @Tendio!

Dan akhirnya aku ikut membantu tendio menjadi loper tabloid, rutinitas yang biasa kami lakukan usai tabloid terbit. Komentar? Hmm.. Padahal aku berekspektasi bahwa tabloid kali ini akan agak lebih tebal. Dan ternyata, seperti kata Icha, masih tipis. Juga covernya entah kenapa pecah dan agak absurd *indah also said that*.

Over all, aku paling suka artikel motor hantu. Memang sih seperti di luar kebiasaan kami menampilkan hal-hal yang serius. But this is good. Bener-bener memberi fakta tentang apa yang sebenarnya terjadi, nggak hoax seperti gosip yang selama ini beredar. Lagi, berita tentang si motor hantu ini benar-benar menampar para pengedar cerita-cerita seram di STAN. Sudah 2 tahun aku bertanya-tanya tentang si motor ini, tak percaya dengan isu yang bereda namun tak bisa melakukan apapun untuk menyelidikinya. Pernah suatu saat aku dan mbak ular (@sitiarmayani) ingin memindah motor itu untuk membuktikan kebenaran beritanya. *tapi akhirnya nggak jadi-jadi dan malah jadi isu untuk tabloid*

Dan sampai saat ini bahkan aku belum membaca artikel tulisanku dan salsa. Takut? Bukan, tapi apa ya... entahlah. Sepertinya ada beberapa bagian yang dipotong habis-habisan sama editor Sarah dan Hanifah.

Masih nggak habis pikir, kok bisa ya, aku, mabeng yang pada malam inagurasi masih salah menyebut “Tabloid” dengan “Buletin” kini malah menjadi sekredpel tabloid.

Akhir kata,
Gimana, si #19 udah terbit tuh, senang?
Senang? Lebih ke lega karena akhirnya si #19 ini terbit. Dan mungkin sedikit bertanya-tanya gimana nasib si #20 kelak. Bakal ada nggak ya?

*oh iya, ngomong-ngomong tentang misteri si motor hantu, silahkan baca di civitas #19 ^^*

0 komentar:

Posting Komentar