Senin, 28 Mei 2012

X Adventure dan Banana Ranger


X Adventure.
Di dunia in ibanyak hal yang bertentangan.
Antara hitam dan putih, antara opini dan fakta.
Demi kebenaran dan  verifiksasi,
Demi editor dan redpel,
Ranger kuning, ranger puith, ranger biru BERSATU!

Awalnya ragu, juga kesal saat menerima pesan-pesan tentang x-adventure. Bukan hanya waktunya yang tabrakan dengan salah satu puncak kegiatan dari kepanitiaan yang kuiikuti, tapi sms-sms itu tiba-tiba saja mencemari momen-momen santaiku saat sedang makrab kelas. Belum lagi ternyata di hari sabtu ada kuliah pengganti.

Tapi insting akan petualangan dan tantangan mengalahkan segalanya. Aku memilih x adventure, resign dari kepanitiaan, dan membolos kuliah. Pilih kuliah? Itu...
biasa. Sebegitukah besarnya kecintaanku pada keluarga kecil ini? Mungkin waktu itu belum sebesar ibu gajah yang lagi hamil

Dan ternyata aku tidak menyesal. X adventure ini, layaknya sebuah mimpi, indah. Membuatku tak ingin terbangun. Absurd memang, tapi penuh kenangan menyenangkan dan meninggalkan kesan mendalam. Aku bahagia tertawa bersama kalian. Aku bahagia dapat melewati momen-monen satai bersama kalian. Momen-momen yang di kehidupan nyata, mungkin akan sangat jarang kita temui. Momen-monen yang seharusnya lebih banyak kita ciptakan, namun sering kali tergerus kesibukan dan kewajiban menghasilkan fakta yang mencerdaskan.

Hanya dua hari satu malam, singkat memang, tapi aku bahagia karena dapat mengenal kalian lebih dalam.  Walau mungkin yang kuketahui baru sebatas permukaan yang dangkal,seperti kentut di kolam, mengancam dengan batu, disindir pilot, atau terazia satpol PP. Dan kuharap, dengan momen-momen kebersamaan kita kelak, aku bisa mengenal kalian lebih dalam lagi. Bahkan mungkin hingga aku diizinkan untuk membuka tabir ruangan paling dalam di hati kalian.

Dan ketika dua hari ini telah berakhir, aku memutuskan untuk lebih mencintai keluarga ini. “Sense of Belonging” kata akhi Tendi. Dan semoga rasa cinta ini bisa lebih besar dibanding ibu gajah yang lagi hamil.

Dua hari.

Dimulai dari berpura-pura salah angkot, menampilkan yel-yel banana ranger, dan pertandingan antara kelompok satu dan dua. Bahkan sampai saat ini aku masih tersenyum-senyum sendiri mengingat komunigaya “sapi kecemplung” atau kekesalan tendi mengenai keunfairan saat games membangun menara sedotan dan memindahkan gelas berisi air. Aku juga bahkan masih tidak bisa menahan tawa ketika mengngat gambar-gambar testimoni kita untuk #13 hasil karya akhi Tendi dan Hadi.

Ular kobra super besar pencinta uang,  yang sedang meliuk dan menari karena dijinakkan oleh seorang pemain seruling berinisial RSP. Didin yang ceria dengan dua handphonenya, senyum tertahan Mister PU, Pemred yang misterius di balik laptopnya dengan kata-kata andalan “Hati-hati Antum”, gambar seorang wartawan handal yang celananya sobek, dan lainnya. Jujur, aku memang ikut ‘memperparah’ gambar buatan Tendi. Testimoni dari #14 untuk #14 pun tak kalah uniknya, terutama gambar si pendekar motor ceger *lagi-lagi diperparah oleh Tendi*

Ingin, kuambil semua kertas-kertas testimoni itu dan kusimpan untuk diriku sendiri. Ah, tapi itu dzolim namanya.

Semoga kelak, kita bisa seperti banana ranger. karakter kita memang tidak sama, kegemaran dan passion kita juga berbeda, tapi tetap bersatu demi keluarga kita. Seperti kata Tendi, “keluarga kita tidak besar, memang, namun nama kita terlanjur besar. “

Mungkin kalau diibaratkan dengan warna akan menjadi seperti ini

Tendi = kuning, seperti matahari di gambar-gambar kartun
Hadi = biru tua, seperti biru laut yang dalam
Echa = ungu , yang kadang menarik karena kecerahannya, tapi kadang juga menyyiratkan kegalauan
Nadia = oranye, ceria dan eye catching
Salsa = hijau, tenang dan teduh
Tyas = coklat, tangguh seperti pohon
Kiki = biru muda, seperti langit yang disukai oleh para pujangga
Sarah = peach, lembut namun tidak centil
Mila = pink, warna yang menggambarkan gadis-gadis
Icha = puith, karena hapnya warna putih
Luthfi = hitam, karena jersey futsal biasanya adawarna hitamnya
Grandis = abu-abu,  masih samar
Novia = merah, seperti merah api, meghangatkan
Aku= ..... ?

Warna-warna itulah yang membuat #14 berwarna. Tendi yang kocak, Hadi yang cerdas, Echa yang selalu konsisten tapi sering galau, Nadia yang ceria, Salsa yang pendiam, Tyas yang tangguh, Kiki yang bagai Pujangga, Sarah yang seperti hafal isi KBBI, Mila yang feminim, Icha yang sibuk, Luthfi yang hobi Futsal, Grandis yang lugu, Novia yang keibuan, dan aku yang absurd.

Dan semoga kita bisa seperti pohon pisang, dimana ia hidup untuk memberi manfaat bagi orang lain. Kalaupun ia dipaksa mati sebelum berbuah, ia akan berjuang lagi untuk hidup, dan memberikan buah sebelum akhirnya mati lagi. Dan sebelum ia pergi, ia selalu meninggalkan tunas-tunas baru untuk melanjutkan perjuangannya. Kita selama ini diramalkan sebagai the last. Semacam mustahil untuk meninggalkan tunas-tunas sebelum kita pergi. Tapi, toh, kita jalani saja dulu. Pasti nantinya ada jalan untuk menumbuhkan tunas-tunas itu.

Love you bengs.
Mungkin rasa ini tak selamanya pasang, suatu saat mungkin surut. Semoga kelak jika surut, catatan ini dapat membuatku mengingat momen-momen kebersamaan kita untuk menghadirkan pasang.

Ah, jadi lebay kayak tendi

Pohon pisang, tumbuh.. besar.. besarrr... *sambil joget*

0 komentar:

Posting Komentar