Minggu, 13 Mei 2012

G-a-l-a-u


Pernah galau?

Pasti pernah kan. Aku enggak dong. *Tapi bohong*

Seperti semalam, tiba-tiba saja aku galau. Biasanya malam setelah ujian terahir adalah malam yang membahagiakan. Seakaan terbebas dari rantai belenggu, seakan bisa menikmati hidup sebagai mahasiswa biasa dan bersenang-senang. Bisa jalan-jalan, baca novel, baca buku, tidur sepuasnya, ngepel lantai kosan, bersihin kamar mandi, makan es krim. Seeemuanya :D
*padahal seninnya masih ujian*


Kayak mbak kosku yang tiba-tiba aja semua playlistnya berubah jadi lagu galau.

Maklum, ini kan minggu terakhir dan hari terakhir dia kuliah. Besok dia udah PKL, memasuki gerbang dunia orang dewasa dan meninggalkan kampus ini. Aku yang lagi di ruang keluarga ini pun tiba-tiba
 ikut galau ndengerin playlistnya itu.  Aku berandai-andai jika aku ada di posisinya. Pasti aku akan lebih galau dan sudah memanjat genteng rumah tetangga. Tenang, bukan untuk bunuh diri, aku cuma pengen melihat langit.


Gimana ya..... Tau kan rasanya, udah tiga tahun bareng. Menggila bareng temen-temen sekelas, rempong ngerjain tugas, njahilin temen, ngomongin dosen, mati-matian berangkat kuliah pagi dan ternyata kuliah dibatalin, pulang bareng, makan bareng. Ah, kenangan-kenangan itu. Berat pasti meninggalkan teman-teman yang disayangi. Hiks :’) yang tabah ya mbak kos..

Entah kenapa, kemarin malam tiba-tiba rasa galau itu melanda, padahal nggak ada yang minta dia untuk datang.  Biasanya kalau sedang galau to the max, aku akan mencari teman untuk bercerita, atau pergi ke gramedia untuk membaca buku-buku yang menyegarkan. Niatnya sih, mau ke gramed biar si rasa yang nggak tau sopan santun itu pergi. Tapi kalau ke gramed, nanti tambah galau. Galau keinget waktu si kakak ke sini dan kita ke gramed muter-muter kayak orang ilang nyariin peta buat dia.

Ah, serba salah kan.

Akhirnya iseng-iseng aku nelfon rizka. Disinilah akhirnya aku berhasil melepas sebagian rasa galau itu. Walaupun aku belum menciptakan penyabab utamanya. Dan akhirnya terjadilah tele-konference lagi antara Aku, rizka, dan pras, sampai jam 12 malam. Awalnya kami berniat untuk mengundang si teteh, tapi ternyata nomornya nggak aktif. Arfan? Nggak punya tri. Igun juga. Jadilah kami bertiga ngobrol ngalor ngidul, tentang pras yang cinta masti sama bis, tentang makrab yang mau ganti nama jadi Secondary Goes to Bandung dengan selogan “Handal dan Ceria”, tentang Arfan yang sangat handal, tentang aku yang pernah jatuh di kelas dan disukurin sama si pras gara-gara keliatan kayak mau nangis, dan tentang gempa di Jogja 26 mei, tentang rizka dan tukang soto, dan tentang kecoa di kosnya pras.

Haaaah :D

Teman itu menakjubkan. Walaupun sekedar bincang-bincang sederhana, ternyata mampu melenyapkan emosi-emosi negatif yang mengahantui. Walaupun cuma lewat telepon, ternyata mampu menumbuhkan kembali rasa bahagia yang sempat terkikis lara. Walaupun nggak secara langsung, tapi mampu menumbuhkan kembali optimisme.


Aku sayang teman-temanku :D
*walaupun kemaren habis PKD pulang jalan sendiri gara-gara udah ditinggal*

0 komentar:

Posting Komentar