Kamis, 17 Mei 2012

Ego

Aku tidak tahu apa alasanmu. Kau datang dan kemudian menghilang begitu saja tanpa permisi. Kau datang, bersama senyum hangatmu, kau tumbuhkan sejuta harapan. Dan tak lama, ketika impianku mulai tumbuh menyubur, lagi-lagi kau menghilang. Memupuskan mimpi yang telah kutanam dan kupupuk susah payah

Apakah kau datang hanya untuk menumbuhkan mimpiku, lantas kau pergi seenaknya tanpa tahu apa yang terjadi pada mimpu itu? Kau sengaja pergi, untuk memadamkan bara yang telah tersulut kah? Pernahkah kau peduli akan mimpiku yang tumbuh ranum dengan kehadiranmu? pernahkah?


Apa tujuanmu, aku tidak pernah tahu. Demi kebaikan kurasa. Kau memang jenis yang selalu menebar kehangatan senyummu pada semua orang. Namun bagiku, itu lebih. Nyatanya senyummu mampu menumbuhkan impianku lagi dan lagi meskipun telah berulang kali mati. Kalaupun orang lain menganggapmu memanfaatkanku, aku tidak akan pernah percaya. Aku hanya percaya padamu. Toh, walaupun kau memang benar-benar hanya memanfaatkanku, aku rela. Hanya sekali ini aku rela dimanfaatkan oleh entitas di luar jasadku.

Lagi-lagi kau pergi menghilang. Mengacuhkan pohon impian yang beberapa saat lalu tumbuh meninggi melebihi tinggi tubuhku sendiri. Meninggalkannnya layu, kering, dan mati.

Kutepis semua egoku demi egomu.

Untungnya pohon impian ini tumbuh layaknya pohon pisang. Sebelum ia mati, ia akan meninggalkan tunas-tunas lain untuk hidup menggantikannya. Kau tahu makna keras kepala? ya, seperti pohon impian ini. Ia tidak akan pernah mati, meski berulang kali mati.

*sepertinya, ia adalah bibit yang tahan banting meskipun berkali-kali kau abaikan.*

0 komentar:

Posting Komentar