Rabu, 09 Mei 2012

Perjalanan si Buku

"Aku tidak akan membuang atau menjual mereka, buku-buku lamaku. Biarlah mereka menjadi saksi atas perjalanan pendewasaan alam pikirku" -muam-

Kemarin siang, setelah cukup digalaukan karena nggak ada niat sama sekali untuk belajar SIM-K, iseng-iseng aku membuka file daftar buku yang kumiliki. Juga daripada galau karena teringat ujian Bahasa Inggris yang nggak kalah madesu dengan ujian cost, akhirnya aku malah keasikan sendiri mengupdate daftar itu dengan buku-buku yang baru-baru ini kubeli.

Tiba-tiba aku ingin pulang, untuk menemui buku-bukuku.
Saat sedang melihat daftar buku milikku itulah tiba-tiba aku teringat koleksi bukuku yang 95% ada di Jogja.  Entah bagaimana nasib mereka sekarang. Sebagian juga ada di rumah mbak mifta, teman sepermainanku sejak SMP yang juga maniak buku dan komik. Yah, semoga mereka baik-baik saja..

"Ctak ctak ctak" bunyi tuts keyboard si mini 

Aku membaca satu per satu judul buku-buku yang kumiliki. Beberapa novel fiksi yang kubeli tahun lalu belum usai terbaca. Aneh mengingat aku adalah seorang kutu buku (khusus novel dan komik) yang akut, expert, level dewa. Biasanya aku bisa menghabiskan novel setebal 900 halaman dengan tulisan yang kecil-kecil macam Brisigr atau Harry Potter and Dethly Hollows hanya dalam waktu tiga hari. Padahal dari pagi sampai sore aku sekolah dan tidak membawa novel tersebut. Jadi kapan aku membacanya? Tentu saja setelah manghrb sampai dini hari. Entah kenapa kalau begadang untuk nonton televisi atau belajar, aku nggak pernah kuat, tapi kalau novel dengan senang hati..

Nah anehnya, kira-kira sejak menginjak semester dua, aku kehilangan minat pada novel fiksi. Jadilah buku-buku yang kubeli karena terlihat sangat menarik itu kini menganggur. Padahal diantara jenis-jenis novel yang lain, aku paling menyukai fiksi fantasi *dan paling nggak suka sama teenlit*.  Mungkin ini yang dinamakan proses pendewaaan. Mungkin. Sekali lagi mungkin.

"Harusnya kamu itu membaca buku tentang wanita, buku yang mebuatmu menjadi pribadi yang lebih feminim" kata beliau ketika aku masih duduk di bangku SMA. Ibuku memang sering menasehatiku agar berhenti membaca cerita-cerita fiksi tentang peyihir, naga, peri dan petualangan. Kenapa? Menurutnya itu tidak dewasa.

Dan waktu itu aku hanya menjawab,

"Tapi buku-buku ini membuat aku menghadapi dunia dengan lebih optimis,". 

Sampai saat ini, kuaui ini tidak salah, karena tokoh-tokoh utama dalam cerita fiksi biasanya dapat melakukan hal baik atau hal-hal yang hebat padahal mereka bukanlah sosok yang tercipta dengan kesempurnaan. 

Mengkin sekarang aku sudah setingkat lebih dewasa. Walaupun belum tertarik memakai lipstik atau make up, setidaknya minat bacaku sudah berubah. Aku mulai membaca buku-buku psikologi, pengetahuan tentang kesehatan, dan sedikit tentang wanita. Dan sepertinya kini aku mulai tertarik lagi (dulu sempat tertarik dan kemudian ilfil begitu saja) untuk membaca novel-novel roman. Mungkinkah aku sedang jatuh cinta? #plakk

Masalahnya sekarang sulit sekali mencari novel yang benar-benar bagus kalau cuma ngeliat dari covernya saja. Maksudku, semuanya terlihat so sweet, lembut, penuh warna. Tapi entah apa yang ada di dalamnya. Toh resensi atau komentar-komentar di sampul buku nggak selalu absolut karena mereka memang dipilih yang bagus-bagus agar si buku laku.  Wajar kan kalau ringkasan dan komentar-komentarnya terlihat keren tapi ternyata setelah dibaca biasa-biasa aja.

Biacara tentang minat baca ini, kadang-kadang aku merasa bahwa minat bacaku berbahaya. Kok bisa? Pasalnya sekarang UTS sedang berlangsung dan kadang aku tidak bisa menahan keinginan untuk menyelesaikan buku bacaanku. Misalnya siang itu aku sedang membaca handout salah satu mata kuliah, dan tiba-tiba si buku "Jangan Takut Makan Enak" melambai-lambaikan tangannya dan menggodaku untuk membukanya. Siapa yang nggak tahan coba? *padahal nggak ada yang tertarik kecuali aku*

Dan siang itu berakhir dengan Muam yang tertidur di kasur dengan buku bacaan di sampingnya dan handout yang telah disingkirkan entah kemana.

"Buku referensi kuliah sering kalah menarik dibanding novel. Coba kalau buku-buku itu dihiasi dengan percakapan, petualangan dan cinta, pasti menarik"

Betewe, sekarang aku mau tidur dulu. Ngantuk.
*tidur? belajarnya kapan?*
Nanti sore. Kalo nggak nanti malem

0 komentar:

Posting Komentar